Eksplorasi dan exploitasi gas alam itu dilakukan LNG Tangguh.
LNG Tangguh merupakan megaproyek pembangunan kilang LNG yang berada di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Dengan dibangunnya kilang LNG tersebut adalah untuk menampung gas alam dari beberapa daerah Blok di sekitar Teluk Bintuni.
Yaitu seperti Blok Wiriagar, Blok Berau, dan Blok Muturi.
Saking melimpahnya, saat ini diketahui potensi gas alam dari wilayah teluk Bintuni mencapai 30 triliun kubik per hari.
Tidak hanya gas alam, Desa Bintuni juga memanfaatkan potensi dari laut.
Desa Bintuni menyuplai kepiting dan udang sebanyak 2 juta ton.
Potensi udang dan kepiting Desa Bintuni juga diekspor ke Singapura, Malaysia, China, dan Jepang.
Kini Desa Teluk Bintuni di Papua Barat menjadi sorotan karena potensi luar biasa yang dimilikinya.
Dengan keberagaman alam yang kaya dan sumber daya alam yang melimpah, desa ini telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemakmuran wilayah dan negara.
Potensi ekonomi berbasis sumber daya alam Desa Teluk Bintuni dikelilingi oleh hutan hujan tropis yang megah, sungai yang meliuk-liuk, dan perairan laut yang kaya akan ikan dan kehidupan laut lainnya.
Kehidupan di desa ini sangat bergantung pada sumber daya alam tersebut.
Penduduk setempat telah belajar untuk memanfaatkan secara bijaksana tanah dan laut, dan mengembangkan berbagai sektor ekonomi berbasis sumber daya alam seperti pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Pertanian dan perkebunan yang makmur Desa Bintuni memiliki lahan subur yang cocok untuk pertanian dan perkebunan.
Masyarakat desa secara tradisional bertani dengan metode organik, namun dalam beberapa tahun terakhir telah diperkenalkan teknik pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas.
Hasil pertanian seperti kelapa, cokelat, kopi, dan pala telah menjadi komoditas ekspor utama desa ini, mendatangkan pendapatan yang signifikan.