2. Petani dan Pertanian Tradisional
Meskipun tanah di Sumba Timur kurang subur, lebih dari separuh penduduknya adalah petani. Mereka juga berprofesi sebagai peternak, pegawai, buruh, nelayan, dan berbagai pekerjaan lainnya. Sektor pertanian, meskipun hanya dapat menggarap 11 persen dari total luas tanah kabupaten, merupakan penghasilan utama di daerah ini, dengan hasil utama seperti padi, jagung, dan ubi kayu. Proses pengolahan lahan pertanian masih mengandalkan tradisi seperti "renca," yang melibatkan kerbau dan tenaga manusia serta ritual keagamaan.
3. Terdiri dari 4 Kabupaten
Pulau Sumba secara administratif dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Kota terbesar di pulau ini adalah Waingapu, yang juga menjadi ibu kota Sumba Timur. Kota ini memiliki bandara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Sumba dengan pulau-pulau lain di Indonesia.
4. Kuda, Sapi, dan Budaya Ternak
Sumba Timur dikenal karena memiliki musim penghujan pendek dan luas padang rumput, yang menjadikannya pusat penangkaran dan perdagangan kuda sejak abad ke-19. Kuda sandel, hasil perbaikan dari kuda lokal dan Arab, menjadi maskot daerah ini.
Pada awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda memasukkan empat ras sapi ke Sumba, termasuk sapi Ongole dari India. Ras sapi ini berkembang pesat dan menjadi komoditas peternakan unggulan di Sumba, menggantikan peran kuda. Hingga kini, Sumba dikenal sebagai pusat penangkaran sapi Ongole murni, yang dikenal dengan sebutan ras SO (Sumba Ongole).
5. Tenun Ikat yang Memukau
Industri rumah tangga di Sumba Timur didominasi oleh kerajinan kain tenun ikat. Ada dua kelompok perajin: yang mengandalkan tenun ikat sebagai pekerjaan utama dan yang melakukannya sebagai pekerjaan sambilan.
Tenun jenis ini bermutu tinggi dan sering digunakan dalam upacara adat. Beberapa daerah terkenal dengan kain tenunnya, seperti Desa Kaliuda dan Rindi, yang menghasilkan kain tenun bermutu tinggi dengan menggunakan ramuan tradisional.
6. Marapu, Kepercayaan Lokal
Di Sumba Timur, agama lokal yang dianut oleh masyarakat disebut Marapu. Marapu adalah agama asli Nusantara yang menghormati nenek moyang dan leluhur. Masyarakat Marapu meyakini kehidupan di dunia ini sementara, sementara kehidupan kekal ada di alam roh. Upacara keagamaan dalam ajaran ini melibatkan penyembelihan hewan kurban, seperti kerbau dan kuda.
BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Bima Usul Bentuk Kabupaten Bima Timur