OTOMOTIF, PALPOS.ID- Toyota FJ40 dan Toyota BJ40 atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Hardtop’ merupakan salah satu kendaraan yang sempat melegenda di Indonesia pada era 1960 hingga pertengahan 1980an.
Meskipun keduanya dijuluki ‘Hardtop’ tetapi terdapat beberapa perbedaan.
Perbedaan yang mencolok terdapat pada dapur pacunya.
Jika FJ40 berbahan bakar bensin, maka BJ40 berbahan bakar solar.
Hal tersebut sesuai dengan kode mesin yang dipakai dibelakangnya, contohnya FJ40 yang beredar di Indonesia menggunakan dua mesin yang berkode 1F (3.878 cc/ 3.8 L) dan 2F (4.230 cc/4.2 L).
Sedangkan untuk BJ40 hanya menggunakan satu jenis mesin yang berkode Toyota B yang berkapasitas 2.977/3.0 L.
BACA JUGA:Revolusi Mobil Listrik : Citroen Oli Siap Guncang Pasar Indonesia, Desain Radikal, Harga Murah !
Untuk FJ40 sendiri mulai masuk ke pasar Indonesia sejak tahun 1960 yang masih menggunakan mesin Toyota 1F.
Hingga pada perkembangannya pada 1975 mengalami upgrade mesin ke 2F dengan torsi yang lebih besar.
Produksi FJ40 sendiri berakhir pada tahun 1982 dan posisinya mulai digantikan oleh saudaranya, BJ40 yang berbahan bakar solar.
Tentunya, baik FJ40 & BJ40 mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing–masing.
Singkatnya, dari segi tenaga FJ40 yang berbahan bakar bensin tenaga yang dihasilkan lebih besar dari BJ40 yang berbahan solar serta getarannya yang minim dan halus.
Akan tetapi, kelemahan dari FJ40 ini boros bahan bakar sehingga sering disebut sebagai ‘Sahabat Pertamina’ yang dimana untuk satu liter bensinnya hanya dapat menempuh jarak 4-5 km.