Masalah kesehatan berupa stunting sering tidak disadari oleh Masyarakat, karena berfikir bahwa stunting tidak ada indikasi terjadinya penyakit berbahaya.
Akan tetapi, efek kejadian stunting pada anak dapat menjadi faktor pencetus terjadinya masalah kesehatan lain bahkan sampai anak tersebut tumbuh dewasa.
Stunting dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut, salah satunya terhadap susunan gigi pada anak-anak.
Kesehatan mulut merupakan komponen penting dalam kesehatan tubuh yang komprehensif. Rongga mulut yang sehat dapat menjaga kualitas hidup, memfasilitasi konsumsi makanan bergizi dengan benar, dan menjaga produktivitas.
Kesehatan gigi dan mulut anak-anak sangat berperan penting, karena gigi dan mulut merupakan jalan masuknya makanan dan membantu fungsi sistem pencernaan makanan.
Menjaga kesehatan rongga mulut anak adalah salah satu langkah penting yang harus diambil oleh orang tua dalam menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak secara komprehensif.
Stunting di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan kondisi kesehatan rongga mulut pada anak melalui pemberian makanan dan gizi oleh ibu yang berhubungan dengan pendidikan, perilaku, dan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Kejadian maloklusi pada anak-anak merupakan salah satu bentuk dari faktor predisposisi dari stunting. Maloklusi adalah keadaan gigi yang menyimpang dari oklusi normal yaitu berupa ketidakteraturan gigi-geligi dalam lengkung rahang.
Prevalensi terjadinya maloklusi mencapai 80% dan menduduki urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal.
Walaupun maloklusi bukan merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau mikroorganisme akan tetapi kelainan ini dapat mengganggu keadaan rongga mulut.
Pengaruh maloklusi dapat menyebabkan gangguan pada fungsi bicara, gangguan estetika wajah, fungsi pengunyahan, bahkan dapat memicu terjadinya penyakit seperti penyakit gigi dan periodontal (Erliera dkk, 2013).
Pengaruh status gizi yang kurang dapat menyebabkan terjadinya pengurangan tinggi rahang, variasi pada lebar tulang maxilla mandibular dan panjang dasar tengkorak.
Hal ini dapat membuat ruang tumbuh gigi menjadi terbatas yang akhirnya mengakibatkan gigi tumbuh berjejal (crowded). Gigi berjejal adalah keadaan susunan gigi geligi yang tidak normal seperti biasanya.
Keadaan gigi berjejal sering dijumpai pada usia anak-anak. Status gizi pada anak dapat mempengaruhi terhadap perkembangan dan pertumbuhan gigi dan mulut.
Penelitian yang dilakukan oleh Thomaz dkk menyatakan bahwa status gizi yang tidak baik bisa menyebabkan malformasi gigi, terjadinya cedera pada jaringan lunak, maloklusi gigi, terhambatnya perkembangan tulang rahang dan wajah serta menyebabkan susunan gigi berjejal.
Penelitian yang dilakukan oleh Thomaz dkk membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kasus gigi berjejal pada anak-anak dengan rendahnya status gizi anak.