Bebek songkem, olahan bebek dengan bumbu khas dikukus dalam bungkusan daun pisang, serta Lorjuk, olahan kerang bumbu khas dengan beragam variasi seperti tumis lorjuk, lorjuk goreng, dan rangginang lorjuk, semuanya menyajikan keunikan rasa khas Madura.
3. Budaya Sarungan: Simbol Kesopanan dan Kebesaran
Budaya sarungan masih sangat kental di Pulau Madura. Masyarakat Madura lebih memilih memakai sarung daripada celana dalam kehidupan sehari-hari.
Sarung bukan hanya pakaian ibadah, melainkan juga menemani berbagai aktivitas, termasuk bermain, berbelanja, dan bahkan bermain sepakbola.
BACA JUGA:Ini 5 Kota Paling Tajir di Jawa Timur, Ternyata Juaranya Bukan Surabaya dan Gresik
BACA JUGA:Proposal Pemekaran Kabupaten Pamekasan Jawa Timur Menjadi Kota Otonomi Baru di Provinsi Madura
Simbol kesopanan dan kebesaran dianggap sangat berharga, dan penggunaan sarung menjadi manifestasi dari nilai-nilai tersebut.
4. Negara Madura: Episode Bersejarah yang Terlupakan
Ternyata, Pulau Madura pernah menjadi Negara Madura pada tahun 1948.
Dibuka oleh Pemerintah Peralihan Belanda di Jawa Timur, Negara Madura bertujuan melemahkan Republik Indonesia dan menjadikan Madura sebagai benteng pengaman negara di Jawa Timur.
Meskipun hanya berdiri selama sekitar 2 tahun, ini merupakan episode bersejarah yang mencerminkan kompleksitas sejarah Pulau Madura.
BACA JUGA:Madura Diusulkan Provinsi Baru di Jawa Timur, Bupati Setuju Meski Moratorium DOB Belum Dicabut
BACA JUGA:Pemekaran Provinsi Baru di Jawa Timur: Potret 6 Kabupaten dan Potensi Wilayah Tapal Kuda
5. Menikah Muda: Tradisi Unik Masyarakat Madura
Tradisi menikah muda menjadi hal biasa di Pulau Madura. Wanita Madura rata-rata sudah dilamar atau dipinang sejak usia 14 tahun, sementara laki-laki menikah pada usia rata-rata 16 tahun.
Perjodohan oleh orangtua seringkali didasari oleh utang budi dan untuk mengikat tali kekeluargaan antar kerabat.