WISATA,PALPOS.ID - Masjid Jami’ Al Anwar, sebuah monumen bersejarah yang tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang Provinsi Lampung.
Berdiri megah sejak tahun 1839, masjid ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Lampung, menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan.
Dengan bangunannya yang anggun dan kerangka sejarahnya yang kaya, Masjid Jami’ Al Anwar telah menjadi destinasi wisata religi yang sangat populer di wilayah ini.
Terletak di Provinsi Lampung, masjid ini telah menjadi ikon dari segi sejarah dan keagamaan. Di balik keindahan arsitektur dan kedamaian spiritualnya, Masjid Jami’ Al Anwar juga menyimpan harta karun sejarah yang tak ternilai harganya. Salah satunya adalah koleksi kitab-kitab kuno yang berusia ratusan tahun.
BACA JUGA:Rekreasi dan Muhasabah: Wisata Rohani di Islamic Center Tulang Bawang Barat, Pas Untuk Ngabuburit!
BACA JUGA:Jejak Romantis Sultan Mahmud Badaruddin: Kisah Cinta di Makam Kawah Tekurep
Dalam perjalanan panjangnya, Masjid Jami’ Al Anwar telah menjadi penjaga berbagai kitab kuno yang berasal dari berbagai penjuru dunia.
Kitab-kitab dengan berbagai bahasa seperti Bahasa Belanda, aksara Jawa, dan Arab gundul menjadi bagian dari khazanah yang dijaga dengan cermat di dalam masjid ini.
Alquran tua yang berukuran besar, bahkan berusia lebih dari satu abad, menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan keajaiban sejarah yang hidup.
Misteri dari asal-usul Alquran tersebut, siapa yang memberikannya, dan kapan pastinya muncul, masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Selain Alquran, berbagai kitab kuno lainnya juga tersimpan dengan baik di dalam dinding-dinding Masjid Jami’ Al Anwar.
BACA JUGA: Jejak Budaya Cina: Kisah Abadi Kelenteng Chandra Nadi di Palembang
BACA JUGA:Pelita Kebanggaan: Mengenang Ki Gede Ing Suro, Pionir Islam di Palembang
Kitab-kitab tersebut rata-rata terdiri dari beberapa jilid dan membahas berbagai aspek kehidupan, mulai dari antropologi, biologi, demografi, hingga ilmu pengetahuan lainnya.
Keberadaan kitab-kitab ini tidak hanya menjadi saksi bisu dari perkembangan intelektual masyarakat Lampung, tetapi juga menunjukkan betapa kaya akan kearifan lokal dan warisan budaya yang dimiliki oleh daerah ini.