Masih kata Eti Agustina, akibat dari bullying, terdapat beberapa kasus di mana anak-anak menjadi trauma dan menolak untuk kembali ke sekolah.
BACA JUGA:Jelang Hari Raya Kurban, Pemkot Prabumulih Imbau Warga Jangan Tergiur Harga Murah
BACA JUGA:Persoalan Tumpukan Sampah Tak Kunjung Usai, Pj Wako Prabumulih Ancam Copot Kadis Perkim
"Ada yang sampai tidak mau sekolah, karena diejek tentang warna kulit atau penampilan mereka.
Tapi Alhamdulillah, dengan pendekatan yang kami lakukan kepada anak dan orang tua, anak tersebut sudah kembali masuk ke sekolah," kata Eti Agustina seraya menuturkan kasus bullying paling banyak terjadi di tingkat SD.
Menurut Eti, meskipun beberapa tindakan mungkin dimaksudkan sebagai permainan, banyak anak yang tidak bisa menerima perlakuan tersebut secara psikis.
"Anak-anak yang introvert tidak terbuka. Anak-anak yang introvert ini kadang-kadang takut, mungkin maksudnya main-main tetapi ternyata menimbulkan hal yang buruk," tambahnya.
BACA JUGA:Pererat Hubungan Dengan Masyarakat, Polsek RKT dan Masyarakat Kompak Bersihkan Tempat Ibadah
BACA JUGA:Ketua DPRD Prabumulih: Butuh Penanganan Serius agar Kota Bebas dari Sampah
Lebih lanjut Eti Agustina mengimbau kepada para orang tua agar selalu mengawasi anak-anak mereka dan berusaha untuk mencegah terjadinya bullying maupun kekerasan.
"Penting untuk meningkatkan komunikasi dengan para guru dan kepala sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Prabumulih," jelasnya.
Menurutnya, penanaman nilai-nilai akhlak yang baik dan sopan santun kepada anak-anak sangat penting.
"Paling penting saat ini adalah bagaimana upaya agar menanamkan akhlak kepada anak, tutur kata sopan santun. Bagaimana kita berperilaku kepada teman sebaya, bagaimana kepada orang yang lebih tua itu harus kita tingkatkan lagi," tuturnya.
DP2KBP3A Kota Prabumulih juga berupaya untuk memberikan edukasi kepada anak-anak mengenai pentingnya bersikap baik dan menghargai teman sebaya.