Ini menunjukkan bahwa Honda melihat potensi yang lebih besar dalam pengembangan kendaraan listrik dibandingkan hybrid untuk pasar Indonesia.
Sementara itu, kompetitor utama Honda di Indonesia justru cukup serius menggarap segmen motor hybrid.
BACA JUGA:Honda U-Go: Merintis Era Berkendara Ramah Lingkungan dengan Skuter Listrik Inovatif
BACA JUGA:Honda Forza 350: Menjelajahi Kenyamanan dan Performa dengan Skuter Sporty
Mereka bahkan telah meluncurkan dua model di segmen ini, yakni Fazzio dan Grand Filano.
Kedua model ini menunjukkan komitmen yang berbeda dari para pesaing Honda dalam menghadirkan teknologi hybrid kepada konsumen Indonesia.
Perbedaan pendekatan antara Honda dan para pesaingnya ini mencerminkan strategi bisnis yang berbeda dalam menghadapi tantangan dan peluang di pasar sepeda motor Indonesia.
BACA JUGA: Mengapa Motor Honda Begitu Diminati? Lima Faktor Kunci yang Membuatnya Unik di Pasar Indonesia
BACA JUGA:Honda Super Cub 110: Membawa Kembali Legenda dengan Harga yang Kompetitif
Honda, dengan fokus pada pengembangan motor listrik, tampaknya lebih yakin bahwa masa depan kendaraan ramah lingkungan terletak pada teknologi listrik.
Sedangkan para pesaingnya, dengan tetap mengembangkan motor hybrid, percaya bahwa teknologi hybrid masih memiliki pasar potensial di Indonesia.
Keputusan AHM untuk tidak melanjutkan penjualan motor hybrid saat ini juga didukung oleh berbagai faktor eksternal.
BACA JUGA: Metode World Motorcycle Test Cycle (WMTC) untuk Standar EURO 3 dengan ISS ON Honda Vario 125
BACA JUGA:Honda Super Cub 110 Terbaru Resmi Meluncur di Jepang dengan Sentuhan Klasik dan Harga Menarik
Salah satunya adalah infrastruktur pendukung untuk kendaraan hybrid dan listrik di Indonesia yang masih dalam tahap pengembangan.
Selain itu, regulasi pemerintah terkait kendaraan ramah lingkungan juga memainkan peran penting dalam menentukan arah pengembangan produk.