Apindo Pertanyakan Target Pasar untuk Investasi di IKN Nusantara

Rabu 26-06-2024,05:54 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Yan

HEADLINE, PALPOS.ID - Apindo Pertanyakan Target Pasar untuk Investasi di IKN Nusantara.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) baru-baru ini mempertanyakan target pasar yang akan dijadikan sasaran investasi di Ibukota Negara (IKN) Nusantara. 

Hal ini menjadi perhatian penting bagi para pengusaha jika mereka diminta untuk segera berinvestasi di proyek besar ini.

Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menekankan bahwa pemerintah perlu memberikan jawaban yang jelas mengenai populasi di IKN untuk memastikan iklim investasi yang kondusif pada megaproyek senilai Rp466 triliun tersebut.

BACA JUGA:Rencana Pemindahan 1.740 ASN ke IKN Nusantara Mulai September 2024

BACA JUGA:Pembangunan IKN Nusantara Membengkak Harga Material Naik Akibat Rupiah Jeblok

"Kami sudah komitmen juga untuk bantu pelaku usaha lokal mulai investasi di IKN, tapi demand-nya juga kami harapkan, demand dari mana?" ujar Shinta saat ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta, pada Selasa, 25 Juni 2024. 

Shinta menambahkan, ketidakpastian terkait populasi di IKN menjadi alasan utama mengapa para pelaku usaha masih bersikap wait and see dalam menanamkan modalnya di sana. 

Tanpa populasi yang memadai, produk yang dijajakan oleh investor tidak akan terserap dengan baik.

Pada kesempatan yang sama, Shinta menekankan bahwa masalah kepastian lahan bukanlah persoalan utama yang membuat proses investasi di IKN melambat. 

BACA JUGA:Wow! BPK Temukan Sejumlah Permasalahan Terkait Pembangunan IKN Nusantara

BACA JUGA:Menuju Terbentuknya Provinsi Kalimantan Tenggara: Rencana Pemekaran dan Implikasinya Terhadap IKN Nusantara

Melainkan, belum adanya kepastian demand yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada investor. 

Menurut Shinta, sangat berat jika investor diminta untuk mengandalkan populasi awal IKN yang mayoritas terdiri dari aparatur sipil negara (ASN) yang jumlahnya terbatas.

"Kalau tidak ada yang tinggal di sana kan tidak mungkin. Tidak mungkin cuma mengandalkan ASN 6.000 orang, 10.000 orang, nah itu harus ada jalan keluarnya," pungkas Shinta.

Kategori :