Nilai investasi untuk dua fase awal ini diperkirakan mencapai US$10,8 miliar atau sekitar Rp175 triliun.
Pendekatan Nonkonvensional dalam Pencarian Investor
Ari Askhara menjelaskan bahwa pencarian investor dilakukan dengan pendekatan nonkonvensional, di mana calon investor diundang untuk mengajukan visi, rencana bisnis, dan struktur proyek.
Dari lima investor yang mengajukan diri, PT BIP terpilih karena berani berinvestasi tanpa jaminan pembiayaan negara.
BACA JUGA:Ancaman Karhutla Kembali Terjadi, Ini Kata Wabup OI, Kapolres Langsung Turun Tangan
BACA JUGA:Geliatkan Kembali Sepak Bola, KNPI Prabumulih Gelar Festival Sepak Bola U10 dan U12 KNPI Cup 2024
“Setelah penilaian dibantu konsultan, kami mendapatkan investor terkualifikasi yaitu PT Bumi Indah Prima sebagai investor utama yang mengkoordinasikan investor-investor lain untuk bergabung,” ujar Ari Askhara.
Proyek LRT Bali: Kerjasama dengan Korea Selatan
Selain Bali Urban Rail, pemerintah juga berencana membangun LRT di Bali.
Investasi untuk proyek fase 1A LRT Bali diperkirakan mencapai Rp8,8 triliun.
Proyek ini rencananya dibiayai menggunakan program Official Development Assistance dari pemerintah Korea Selatan.
BACA JUGA:6 Tahun LRT Sumsel : Mengubah Wajah Transportasi Modern di Sumatera Selatan
BACA JUGA:Tahun 2024 Feeder LRT Palembang Musi Emas Dipastikan Masih Gratis
Kekhawatiran terhadap Keuangan Negara
Pembangunan MRT Bali akan dilakukan tanpa jaminan keuangan negara, sebuah langkah yang dinilai menguntungkan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa.
Menurutnya, kualifikasi ini tidak akan menimbulkan utang bagi negara maupun daerah, justru mendatangkan keuntungan.