Selain Agus, nama lain yang juga mencuat adalah Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi yang juga merupakan kader Golkar.
Bahlil dianggap sebagai figur yang berpotensi membawa Golkar ke arah baru, terutama dalam menghadapi tantangan politik dan ekonomi di masa depan.
Namun, Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Golkar, Zulfikar Arse Sadikin, menyatakan bahwa sesuai aturan internal partai, Kahar Muzakir, yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Bidang Kepartaian, adalah sosok yang paling layak untuk mengisi posisi Pelaksana Tugas Ketua Umum.
Zulfikar menegaskan bahwa penunjukan Kahar sudah sesuai dengan Peraturan Organisasi dan Petunjuk Pelaksana Partai Golkar.
"Plt Ketua Umum harus segera ditunjuk untuk memastikan keberlangsungan kepengurusan partai. Berdasarkan aturan yang ada, Koordinator Bidang Kepartaian adalah yang paling tepat untuk mengisi posisi ini, dan itu adalah Kahar Muzakir," ujar Zulfikar.
Dengan demikian, Kahar Muzakir diharapkan dapat segera mengambil alih kepemimpinan Golkar sebagai Plt Ketua Umum hingga partai menggelar musyawarah nasional luar biasa untuk memilih Ketua Umum yang baru.
Masa Depan Golkar Pasca Airlangga
Pengunduran diri Airlangga Hartarto menandai babak baru dalam sejarah Partai Golkar.
Sebagai salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia, Golkar memiliki peran penting dalam peta politik nasional.
Namun, dengan mundurnya Airlangga, masa depan Golkar menjadi topik yang penuh dengan ketidakpastian.
Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Golkar akan tetap menjadi kekuatan politik yang kuat di bawah kepemimpinan baru atau justru mengalami penurunan pengaruh.
Keputusan-keputusan yang akan diambil dalam rapat pleno dan musyawarah nasional luar biasa mendatang akan sangat menentukan arah masa depan partai ini.
Pengamat politik menilai bahwa Golkar harus segera menentukan arah yang jelas untuk menjaga soliditas dan kekuatannya.
Jika tidak, partai ini bisa saja terguncang oleh persaingan internal dan kehilangan dukungan di kalangan pemilih.
Sementara itu, publik masih menunggu apakah Airlangga akan benar-benar meninggalkan panggung politik atau justru muncul kembali dengan peran yang berbeda.
Sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa para politisi yang dianggap tersingkir sering kali kembali dengan kekuatan baru, dan hal ini bisa saja terjadi pada Airlangga.