Namun, setelah beberapa waktu, Jayanti mulai curiga karena tidak ada tanda-tanda keuntungan yang dijanjikan.
BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Sulawesi Utara: Calon Kabupaten Bolaang Mongondow Tengah, Peluang Investasi Baru
BACA JUGA:Presiden Prabowo Akan Groundbreaking Tahap 9 di IKN Nusantara dengan Nilai Investasi Rp6,5 Triliun
Ia pun meminta bantuan tim kuasa hukum untuk melakukan investigasi lebih lanjut.
Setelah melakukan investigasi mendalam bersama pihak kepolisian, diketahui bahwa situs Boyner Asia yang digunakan sebagai platform investasi ternyata adalah situs palsu.
Hengki menegaskan bahwa situs ini hanyalah hasil cloning dari situs e-commerce asli yang berbasis di Turki, dan tidak memiliki afiliasi resmi dengan perusahaan aslinya.
"Kami menemukan banyak kejanggalan dalam sistem mereka. Setelah ditelusuri, platform ini hanya alat untuk menarik dana dari korban tanpa ada aktivitas perdagangan yang nyata," jelas Hengki.
BACA JUGA:Danamon Optimalkan Strategi Investasi dan Keuangan di Tengah Dinamika Ekonomi Akhir 2024
BACA JUGA:Panduan Lengkap Berinvestasi Emas Secara Digital, Aplikasi Terpercaya Terdaftar di OJK
Jayanti pun akhirnya memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke Unit Siber Ditreskrimsus Polda Sumsel dengan dugaan pelanggaran Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tentang penyebaran informasi bohong yang menyesatkan.
Selain mengalami kerugian finansial, Jayanti juga menghadapi ancaman dan tekanan dari pelaku.
Menurut Hengki, setelah korban mulai menyadari adanya kejanggalan dan mencoba menarik diri, pelaku justru mulai melakukan intimidasi.
"Pelaku terus memaksa klien kami untuk tetap mengikuti skemanya dengan berbagai ancaman. Bahkan, ada tekanan psikologis yang membuat Jayanti merasa terpaksa menuruti keinginan pelaku," jelas Hengki.
BACA JUGA:Investasi Masa Tua, DPLK BRI Tawarkan Berbagai Manfaat Menarik Untuk Pensiunan
Lebih lanjut, Hengki juga menepis isu yang beredar di media sosial terkait hubungan asmara antara Jayanti dan pelaku.