Wedang Ronde : Kehangatan Tradisi dalam Semangkuk Manis

Kamis 24-04-2025,09:55 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID — Di tengah dinginnya malam atau rintik hujan yang turun perlahan, satu jenis minuman tradisional selalu menjadi incaran pencinta kuliner Indonesia: Wedang Ronde.

Minuman khas Jawa ini tidak hanya menawarkan kehangatan bagi tubuh, tetapi juga membawa nostalgia dan kekayaan budaya dalam setiap suapan.

Wedang ronde adalah minuman hangat berbahan dasar air jahe yang disajikan dengan bola-bola ketan isi kacang, dikenal sebagai ronde, serta tambahan pelengkap seperti kolang-kaling, roti tawar, dan kacang tanah sangrai.

Rasanya yang manis, hangat, dan sedikit pedas dari jahe membuatnya sangat cocok dinikmati pada malam hari atau saat cuaca dingin.

BACA JUGA:Papeda Telur : Hidangan Tradisional yang Menggugah Selera dengan Sentuhan Kekinian

BACA JUGA:Papeda Kuah Kuning, Cita Rasa Khas Papua yang Semakin Dikenal Luas

Asal Usul dan Filosofi

Wedang ronde memiliki akar sejarah panjang dan dipengaruhi budaya Tionghoa.

Ronde sendiri berasal dari hidangan tradisional Tiongkok bernama tangyuan, yang biasa disajikan saat Festival Lampion atau perayaan Imlek.

Seiring waktu, masakan ini mengalami akulturasi dengan budaya Jawa, yang kemudian mengadaptasinya menjadi versi lokal dengan rasa dan isian yang disesuaikan.

BACA JUGA:Tradisi Nasi Tumpeng: Simbol Syukur yang Tetap Hidup di Tengah Modernisasi

BACA JUGA:Es Selendang Mayang, Minuman Tradisional Betawi yang Kembali Naik Daun di Tengah Gempuran Minuman Modern

Di Jawa, khususnya di daerah seperti Yogyakarta dan Semarang, wedang ronde tidak hanya sekadar minuman, tetapi juga simbol kebersamaan dan kehangatan keluarga.

Dalam kepercayaan tradisional, ronde yang berbentuk bulat melambangkan kesatuan dan keharmonisan hidup.

Proses Pembuatan yang Menggugah Selera

Kategori :