PALPOS,ID - Pasca kerusuhan yang terjadi di Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan (Sumsel) situasi kini mulai berangsur kondusif.
Aparat kepolisian dari Polres Musi Rawas, Polres Lubuklinggau, Brimob Polda Sumsel Batalion B Pelopor, serta Kodim 0406/Lubuklinggau telah menarik pasukannya dari area sekitar lapas.
Suasana di luar lapas tampak lengang, namun di balik ketenangan itu, gelombang pertanyaan dari masyarakat terus mengalir.
Sejumlah elemen dan tokoh masyarakat mulai angkat suara mempertanyakan kelanjutan proses penyelidikan atas kerusuhan yang terjadi.
BACA JUGA:Kerusuhan Pecah di Lapas Narkotika Muara Beliti, Diduga Dipicu Penolakan Razia
Mereka mendesak agar pihak berwenang membuka secara transparan hasil investigasi internal, termasuk dugaan keterlibatan oknum petugas dalam penyelundupan ponsel ke dalam lapas.
“Kerusuhan ini jangan hanya dianggap sebagai insiden biasa. Ada hal yang lebih dalam, kenapa bisa ada Handphone di tangan napi? Itu harus dijelaskan,” ujar Jalaluddin salah satu tokoh masyarakat di Lubuklinggau.
Tidak hanya itu, narasi yang berkembang di kalangan napi juga turut memantik perhatian.
Beberapa dari mereka berdalih bahwa kericuhan terjadi sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik pungutan liar (pungli) yang sudah lama berlangsung di dalam lapas.
BACA JUGA:Petugas Damkar Gugur Saat Bertugas, Sarnubi Dikenal Rama dan Berdedikasi Tinggi
BACA JUGA:Sekda Ogan Ilir Pimpin Rapat Persiapan STQH XXVIII Tingkat Kabupaten Tahun 2025
Tuduhan ini makin memperkuat sorotan terhadap lemahnya sistem pengawasan internal lembaga tersebut.
Desakan kini mengarah pada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Selatan untuk segera mengambil langkah konkret.
Selain pembenahan sistem pengawasan dan manajemen lapas, publik juga menuntut agar oknum petugas yang terlibat dalam penyalahgunaan wewenang segera diumumkan ke publik dan diberi sanksi tegas.