Setiap hari, ia membuat lebih dari 300 bungkus arem-arem bersama anak perempuannya di rumah.
BACA JUGA:Falooda : Minuman Legendaris dari Asia Selatan yang Kembali Populer di Kalangan Milenial
BACA JUGA:Crispy Bhajiya : Camilan Khas yang Menyentuh Hati dan Lidah
Ia menggunakan resep warisan dari ibunya yang dahulu juga berjualan jajanan pasar.
“Arem-arem ini makanan rakyat. Bahannya mudah didapat, tidak mahal, dan bisa dikreasikan dengan berbagai macam isi.
Dulu paling laris isi sambal goreng kentang, sekarang banyak yang suka isi ayam dan oncom,” jelas Bu Warti sambil membungkus nasi dengan cekatan.
Tak hanya di pasar, popularitas arem-arem juga menjalar ke dunia digital.
Banyak kreator konten kuliner yang mengangkat makanan ini sebagai bagian dari pelestarian kuliner tradisional.
Beberapa food vlogger bahkan mengulas proses pembuatan arem-arem secara rinci dan membandingkan berbagai varian dari beberapa daerah.
Menurut Diah Retno, seorang ahli gastronomi dari Universitas Gadjah Mada, arem-arem memiliki nilai penting dalam tradisi kuliner Indonesia, khususnya di Jawa.
“Arem-arem bukan sekadar camilan, tapi juga cerminan kearifan lokal. Ini makanan yang dibagikan saat hajatan, arisan, bahkan dalam ritual keagamaan.
Cara pembuatannya yang manual, menggunakan daun pisang, menunjukkan hubungan manusia dengan alam,” ujar Diah.
Ia juga menekankan pentingnya pelestarian arem-arem di tengah globalisasi dan komersialisasi makanan.
“Kita tidak boleh kehilangan identitas kuliner. Arem-arem bisa tetap eksis jika dikemas secara menarik dan dipasarkan dengan cara modern,” tambahnya.
Salah satu bentuk inovasi tersebut dapat dilihat di sebuah kafe di kawasan Malioboro yang mengangkat konsep "jajanan pasar modern".
Di kafe tersebut, arem-arem disajikan dalam tampilan estetik dengan piring keramik dan tambahan saus kacang pedas sebagai pendamping.