PALPOS.ID – Di tengah maraknya tren kuliner modern dan makanan kekinian, arem-arem tetap menjadi primadona bagi pecinta kuliner tradisional Indonesia.
Makanan yang sekilas menyerupai lemper ini, telah menjadi bagian penting dari budaya makan masyarakat Jawa sejak puluhan tahun silam.
Kini, kehadirannya tidak hanya terbatas di pasar tradisional, tetapi juga merambah ke berbagai acara resmi, kafe tematik, hingga hotel berbintang.
Arem-arem adalah makanan yang terbuat dari nasi yang dimasak setengah pulen, dibungkus daun pisang, dengan isian yang bervariasi seperti sayur tumis, abon, ayam suwir, hingga tempe orek.
BACA JUGA:Kajukalti : Makanan Tradisional yang Kembali Menggugah Selera
BACA JUGA:Peda : manisan tradisional india yang melekat di setiap perayaan suci
Teksturnya lebih lembut dibanding lemper yang menggunakan ketan, dan umumnya berukuran lebih besar.
Proses memasaknya yang dikukus dalam daun pisang memberikan aroma khas yang menggugah selera.
Di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, misalnya, arem-arem masih menjadi menu sarapan favorit.
Banyak pengunjung yang berburu jajanan pasar ini sejak pagi hari. Salah satunya adalah Siti Kurniasih (43), warga Sleman yang mengaku sudah mengonsumsi arem-arem sejak kecil.
BACA JUGA:Malpua : pancake tradisional india yang manis dan menggoda selera
BACA JUGA:Modak : Cita Rasa Manis Penuh Makna dari India yang Mendunia
“Arem-arem ini rasanya tidak pernah berubah. Saya suka yang isinya sambal goreng tempe dan wortel.
Harganya murah, rasanya enak, dan bikin kenyang,” ujar Siti saat ditemui di lapak Bu Warti, salah satu penjual arem-arem legendaris di pasar tersebut.
Bu Warti (62), sang penjual, telah berjualan arem-arem sejak tahun 1987.