BACA JUGA:Timnas Malaysia Tolak Uji Coba vs Timnas Indonesia di FIFA Matchday
BACA JUGA:Thai Rice Noodle, Hidangan Lezat Thailand yang Kian Diminati Pecinta Kuliner di Indonesia
Potensi Utang Tembus Rp 9.429,7 Triliun di Akhir 2025
Badiul juga memproyeksikan posisi utang pemerintah bisa melampaui Rp 9.400 triliun pada akhir tahun 2025.
Ia mengasumsikan bahwa dengan defisit anggaran mencapai 2,9% dari PDB atau sekitar Rp 549,6 triliun, dan dengan penarikan utang hingga April sudah Rp 304 triliun, maka sisa pembiayaan dari utang yang diperlukan adalah Rp 245,6 triliun.
Namun, angka ini belum memasukkan pembiayaan untuk pembayaran pokok utang yang jatuh tempo dan pembiayaan investasi non-defisit.
Dengan tambahan kebutuhan bruto sebesar 20%-30% dari defisit, Badiul memperkirakan total utang akhir tahun bisa mencapai Rp 9.429,7 triliun.
“Dengan tren penambahan utang seperti ini, perlu strategi manajemen utang yang ketat dan efisien,” tegasnya.
Setiap Warga Indonesia Tanggung Utang Rp 32 Juta
Untuk memberi perspektif kepada publik, Badiul menghitung estimasi beban utang per kapita.
Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia pada 2025 sekitar 279 juta jiwa, maka setiap warga negara menanggung utang sekitar Rp 32,2 juta.
“Ini bukan utang individu, tentu saja, melainkan tanggung jawab fiskal negara. Tapi penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa utang ini berdampak pada alokasi anggaran, termasuk subsidi, bantuan sosial, hingga pembangunan infrastruktur,” katanya.
Transparansi dan Komunikasi Publik Kunci Menjaga Kepercayaan Pasar
Di tengah meningkatnya beban utang dan potensi gejolak global, Badiul menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi publik yang kuat.
Menurutnya, pemerintah tak hanya perlu fokus pada nominal utang, tetapi juga pada strategi pengelolaannya secara menyeluruh.
“Transparansi dalam manajemen utang sangat penting agar kepercayaan pasar dan masyarakat tetap terjaga. Apalagi saat ini isu fiskal sangat sensitif terhadap opini pasar,” ucapnya.