Setelah dimasak hingga mengental, adonan tersebut dicetak melalui cetakan khusus yang menghasilkan bentuk seperti mi atau bihun tebal.
BACA JUGA:Resep Sate Kambing Empuk, Cuma Pakai Tiga Bahan Utama Ini!
BACA JUGA:Idul Adha Jangan Makan Daging dan Santan Berlebihan, Picu Asam Urat dan Kolesterol Tinggi
Adonan yang sudah dicetak kemudian dikukus hingga matang.
Sementara itu, kuah santan manis dibuat dari santan kelapa yang dimasak bersama gula merah dan daun pandan untuk memberikan aroma khas.
Beberapa variasi juga menambahkan potongan nangka atau pisang untuk menambah cita rasa.
Dalam beberapa tahun terakhir, Putu Mayang kembali naik daun berkat upaya pelestarian kuliner Nusantara oleh berbagai pihak.
Para pelaku usaha kuliner, mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran modern, mulai kembali menyajikan Putu Mayang dalam berbagai bentuk dan gaya penyajian.
Salah satunya adalah “Putu Mayang Heritage”, sebuah gerai kecil di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, yang berhasil memodernisasi tampilan Putu Mayang tanpa mengubah cita rasa aslinya.
Mereka menyajikan Putu Mayang dengan topping kekinian seperti es krim kelapa, saus gula aren organik, dan bahkan dikombinasikan dengan buah tropis seperti mangga dan alpukat.
“Kami ingin generasi muda mengenal kembali makanan tradisional.
Tapi kami juga sadar bahwa visual dan inovasi penting untuk menarik perhatian mereka,” ujar Fitria Dewi, pemilik gerai Putu Mayang Heritage.
“Ternyata, banyak yang penasaran dan akhirnya jatuh cinta dengan rasa Putu Mayang.”
Platform media sosial seperti TikTok dan Instagram juga turut andil dalam menyebarluaskan popularitas Putu Mayang.
Banyak food vlogger yang mengangkat kembali makanan tradisional ini sebagai bagian dari gerakan mencintai kuliner lokal.
Video-video singkat yang memperlihatkan proses pembuatan Putu Mayang yang unik menarik perhatian jutaan penonton.