Selain efisien, sistem ini memberikan rekam jejak transaksi yang akurat, sehingga mendorong kepercayaan publik.
“QRIS dan BI-FAST adalah bukti nyata bahwa blueprint BI berhasil diimplementasikan dan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Layanan ini bukan hanya cepat dan murah, tapi juga transparan,” terang Bambang.
Menuju BSPI 2030: Pilar Ekonomi Digital Nasional
Tak berhenti di BSPI 2025, Bank Indonesia menargetkan BSPI 2030 sebagai tahap berikutnya.
Dalam visi besar tersebut, sistem pembayaran nasional akan diarahkan menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia.
Ada tiga tujuan utama yang ditekankan:
Mendorong efisiensi ekonomi dengan menekan biaya transaksi dan mempercepat proses pembayaran.
Memperluas inklusi keuangan, sehingga masyarakat unbanked maupun pelaku UMKM dapat terhubung dengan sistem keuangan formal.
Menjaga kedaulatan digital nasional, agar kepentingan Indonesia tidak didominasi oleh platform pembayaran asing.
“Ke depan, sistem keuangan digital harus bisa menjangkau semua lapisan, mulai dari sektor ritel hingga UMKM, sehingga inklusi keuangan benar-benar terwujud,” tambah Bambang.
Menjawab Tantangan Unbanked dan UMKM
Salah satu tantangan terbesar Indonesia adalah masih tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki akses keuangan formal.
Data menunjukkan ada 91,3 juta populasi unbanked dan 62,9 juta UMKM yang belum sepenuhnya masuk dalam sistem keuangan resmi.
Blueprint BI diarahkan untuk menjawab tantangan tersebut.
Dengan digitalisasi, masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses bank dapat memanfaatkan layanan berbasis aplikasi yang lebih sederhana, terjangkau, dan tidak memerlukan infrastruktur fisik yang rumit.