“Croffle itu tren yang sangat kuat, tapi untuk bisa bertahan, pelaku bisnis harus punya ciri khas sendiri. Misalnya dari rasa, tekstur, atau konsep penyajian,” jelasnya.
Selain itu, perhatian terhadap kesehatan juga mulai menjadi pertimbangan konsumen.
Croffle yang cenderung tinggi kalori dan gula perlu diimbangi dengan opsi yang lebih sehat, seperti menggunakan pemanis alami, bahan organik, atau bahkan adonan rendah gluten.
Croffle bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol dari tren kuliner modern yang menggabungkan kreativitas, cita rasa, dan estetika visual.
Dengan daya tarik yang kuat dan peluang usaha yang menjanjikan, croffle tampaknya akan terus menjadi bagian dari lanskap kuliner Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Namun, untuk mempertahankan eksistensinya, inovasi adalah kunci utama. Para pelaku usaha perlu terus bereksperimen dengan rasa, tampilan, dan strategi pemasaran agar croffle tidak hanya menjadi tren sesaat, melainkan bisa bertahan dan berkembang di tengah gempuran tren makanan baru lainnya.