Martabak Telur : Cita Rasa Legendaris yang Tak Pernah Pudar

Sabtu 18-10-2025,10:46 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

Salah satu penjual martabak di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Heri (38), mengaku sudah berjualan martabak telur selama lebih dari 15 tahun.

BACA JUGA:Lezat dan Bergizi, Tumis Sayur Paku Jadi Primadona Baru di Meja Makan Keluarga

BACA JUGA:Nasi Ganduk, Kuliner Khas Pati yang Menggoda Selera dan Sarat Makna Budaya

Menurutnya, meskipun tren makanan datang silih berganti, pelanggan martabak telur tidak pernah surut.

“Martabak itu punya rasa khas. Gurihnya dari daging dan telurnya, renyah kulitnya. Apalagi kalau dimakan panas-panas pakai acar dan sambal, rasanya nagih,” ujar Heri sambil membalik martabak pesanan pelanggannya.

Seiring dengan perkembangan zaman, martabak telur juga mengalami banyak inovasi. Tidak hanya menggunakan daging sapi atau kambing, kini banyak penjual yang menawarkan pilihan isian seperti ayam, tuna, bahkan jamur untuk para vegetarian.

Beberapa gerai modern juga menambahkan keju, sosis, atau mayones ke dalam isian martabak.

Sementara itu, di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, martabak telur dikemas lebih premium dengan tambahan topping dan saus khusus.

Meski demikian, tidak sedikit pula pecinta kuliner yang tetap setia pada cita rasa klasik martabak telur tradisional.

“Kalau saya sih tetap suka yang original. Rasanya lebih otentik dan tidak bikin enek. Inovasi boleh, tapi jangan sampai hilang rasa aslinya,” kata Lina (27), seorang karyawan swasta yang mengaku sering membeli martabak telur untuk makan malam.

Martabak telur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner malam di Indonesia.

Hampir di setiap sudut kota, dari warung kecil hingga gerobak pinggir jalan, martabak telur selalu hadir menemani aktivitas warga di malam hari.

Menurut data dari Asosiasi Pedagang Martabak Indonesia (APMI), terdapat lebih dari 50 ribu pedagang martabak di seluruh Indonesia, dengan sebagian besar menjajakan dagangannya mulai pukul 17.00 hingga tengah malam.

“Martabak itu cocok buat malam hari. Orang-orang cari yang hangat, gurih, dan mengenyangkan setelah seharian kerja. Makanya pedagang martabak kebanyakan baru buka sore,” jelas Ketua APMI, Zainal Abidin.

Tidak hanya populer di kalangan lokal, martabak telur juga mulai dikenal luas oleh wisatawan asing yang datang ke Indonesia.

Banyak turis yang penasaran dengan makanan yang dimasak langsung di pinggir jalan ini.

Kategori :