Dalam festival tersebut, pengunjung bisa menyaksikan langsung lomba memasak arsik, pameran rempah Batak, hingga lokakarya tentang bumbu tradisional.
Acara ini tidak hanya memperkuat identitas kuliner daerah, tetapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat lokal melalui sektor kuliner dan pariwisata.
Lebih dari sekadar hidangan, ikan arsik adalah representasi nilai-nilai luhur masyarakat Batak: kerja keras, rasa syukur, dan penghormatan kepada leluhur.
Setiap rempah yang digunakan memiliki makna, setiap proses memasak menyimpan doa.
Di tengah tren kuliner modern yang serba instan, ikan arsik hadir sebagai pengingat bahwa makanan terbaik bukan hanya yang lezat, tetapi juga yang menyimpan cerita dan nilai kehidupan.
Seperti yang dikatakan pepatah Batak, “Hita do naso lupa tu asal,” — kita tidak boleh melupakan asal-usul kita.
Dengan melestarikan arsik, masyarakat Batak dan seluruh bangsa Indonesia ikut menjaga keberagaman cita rasa Nusantara yang menjadi kebanggaan dunia.