Rempah-rempah seperti jahe, serai, dan daun jeruk memiliki sifat antibakteri dan antiinflamasi. Sementara itu, kandungan protein dari udang dan cumi menjadikan makanan ini padat nutrisi.
Beberapa ahli gizi menyebutkan bahwa kombinasi pedas dan asam pada tom yam dapat membantu meningkatkan metabolisme dan merangsang nafsu makan.
Tak heran bila makanan ini kerap direkomendasikan bagi mereka yang membutuhkan pilihan hidangan hangat dan menyegarkan.
Namun perlu dicatat bahwa tingkat kepedasan dan penggunaan garam pada beberapa versi tom yam modern dapat cukup tinggi, sehingga perlu dikonsumsi dengan bijak.
Para pelaku bisnis kuliner memanfaatkan tren ini dengan serius. Beberapa restoran bahkan membuat menu signature tom yam yang diolah dengan bahan premium seperti lobster, scallop, hingga kepiting soka.
Menu-menu ini disajikan dengan harga lebih tinggi, tetapi tetap diminati karena menawarkan pengalaman kuliner yang lebih mewah.
Tidak hanya restoran, UMKM makanan rumahan pun turut merasakan dampaknya. Banyak penjual online yang menawarkan paket bumbu tom yam homemade, yang dipasarkan melalui media sosial dan mendapatkan respons positif dari konsumen.
Menurut beberapa pelaku industri, tom yam seafood memiliki potensi mempertahankan popularitas dalam jangka panjang karena rasanya yang fleksibel dan dapat diterima oleh berbagai kelompok usia.
Tom yam seafood kini bukan hanya sekadar hidangan tradisional Thailand. Ia telah berkembang menjadi ikon kuliner internasional yang menjembatani budaya melalui rasa.
Di Indonesia, minat yang terus meningkat, inovasi menu, serta kemudahan akses menjadikan hidangan ini semakin digemari.
Dengan aroma harum rempah dan rasa pedas-asam yang unik, tom yam seafood diperkirakan akan terus menjadi favorit banyak orang di tahun-tahun mendatang.
Tidak berlebihan rasanya jika menyebut bahwa tom yam telah mendapat tempat terhormat dalam daftar makanan berkuah paling populer di Asia Tenggara.