PALPOS.ID - Di tengah pesatnya perkembangan kuliner modern dan maraknya makanan viral dari luar negeri, jajanan tradisional Indonesia tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Salah satu kudapan yang hingga kini masih digemari lintas generasi adalah dadar gulung.
Makanan tradisional berbahan dasar tepung terigu atau tepung beras ini tidak hanya dikenal karena rasanya yang manis dan legit, tetapi juga karena nilai budaya yang melekat kuat di dalamnya.
Dadar gulung merupakan jajanan pasar yang sudah dikenal sejak lama di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Kue ini biasanya disajikan dalam bentuk gulungan berwarna hijau dengan isian kelapa parut dan gula merah cair yang dikenal sebagai unti.
BACA JUGA:Onde-Onde, Warisan Kuliner Tradisional yang Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Jajanan Modern
BACA JUGA:Bika Ambon, Warisan Kuliner Nusantara yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi
Warna hijau pada dadar gulung berasal dari daun pandan atau daun suji yang digunakan sebagai pewarna alami sekaligus pemberi aroma khas.
Menurut para pelaku usaha kuliner tradisional, dadar gulung memiliki daya tarik tersendiri karena bahan-bahannya yang sederhana dan mudah ditemukan.
Tepung, santan, telur, gula merah, dan kelapa parut menjadi komponen utama yang diracik dengan teknik memasak sederhana, namun menghasilkan cita rasa yang kaya. Hal inilah yang membuat dadar gulung tetap bertahan meski tren makanan terus berganti.
“Dadar gulung itu sederhana, tapi rasanya tidak pernah membosankan. Banyak pelanggan yang membeli karena ingin bernostalgia dengan jajanan masa kecil,” ujar Siti Aminah, penjual jajanan pasar di salah satu pasar tradisional di Jakarta.
BACA JUGA:Tahu Walik, Camilan Tradisional Banyuwangi yang Kian Digemari Berbagai Kalangan
BACA JUGA:Keripik Pisang Coklat Kian Digemari, UMKM Lokal Raup Peluang Pasar yang Menjanjikan
Ia mengaku telah menjual dadar gulung selama lebih dari 20 tahun dan permintaannya relatif stabil setiap hari.
Selain sebagai jajanan pasar, dadar gulung juga sering dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hajatan.
Kehadirannya dianggap melambangkan kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur. Dalam beberapa tradisi, jajanan ini menjadi bagian dari sajian tumpeng atau hidangan selamatan keluarga.