Iklan BANNER GRANDFONDO
Iklan Astra Motor

Kue Putu : Aroma Tradisi yang Tak Lekang oleh Waktu

Kue Putu : Aroma Tradisi yang Tak Lekang oleh Waktu

Kue putu, warisan kuliner dari masa kolonial yang terus hidup di tengah modernisasi.-Fhoto: Istimewa-

Aroma pandan dan gula merah itu tidak bisa digantikan. Itu yang membuat kue putu tetap relevan, bahkan ketika dibawa ke konsep modern.”

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mulai menaruh perhatian pada pelestarian kuliner tradisional.

Dalam beberapa festival kuliner Nusantara, kue putu kerap dijadikan ikon stan jajanan tradisional.

Upaya ini diharapkan dapat menghidupkan kembali minat masyarakat terhadap warisan rasa yang hampir punah.

Selain itu, beberapa sekolah dan komunitas kuliner mengadakan pelatihan membuat kue putu sebagai bagian dari edukasi budaya.

Anak-anak diajarkan untuk mengenal bahan lokal seperti tepung beras, daun pandan, dan gula merah, sekaligus memahami nilai ekonomi di balik usaha jajanan tradisional.

Kue putu bukan hanya tentang rasa manis dan aroma harum yang menggoda, melainkan tentang sejarah panjang, kenangan masa kecil, dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Di tengah gempuran modernisasi, eksistensinya menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak selalu berarti meninggalkan tradisi. Justru, dari aroma kukus bambu yang sederhana itu, kita belajar menghargai akar budaya sendiri.

Ketika suara “siulan” pedagang kue putu masih terdengar di sudut jalan, itu bukan sekadar tanda makanan enak sedang lewat — tetapi juga bukti bahwa sebagian warisan kuliner Nusantara masih hidup dan bernafas di tengah masyarakat modern.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: