Iklan BANNER GRANDFONDO
Iklan Astra Motor

Bubur Ayam : Kuliner Hangat yang Menyatukan Selera Nusantara

Bubur Ayam : Kuliner Hangat yang Menyatukan Selera Nusantara

Dari gerobak pagi di pinggir jalan sampai kafe modern.-Fhoto: Istimewa-

Di Medan, bubur ayam sering kali diberi tambahan telur rebus atau telur ayam kampung setengah matang yang menambah rasa gurih.

Tidak ketinggalan, bubur Manado atau tinutuan membawa konsep yang berbeda. Meski tidak menggunakan ayam, tinutuan tetap masuk dalam kategori bubur Nusantara yang terkenal kaya akan sayuran seperti labu, jagung, dan daun pepaya.

BACA JUGA:Klepon, Camilan Tradisional Nusantara yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi

BACA JUGA:Asinan, Kuliner Segar yang Menyegarkan Lidah dan Tradisi Nusantara

Semua variasi tersebut menunjukkan betapa fleksibelnya kuliner ini dalam menyerap pengaruh budaya sekaligus menjaga identitas lokal.

Selain menjadi menu sarapan favorit, bubur ayam juga memiliki makna sosial dan emosional bagi banyak orang Indonesia.

Dalam banyak keluarga, bubur sering disajikan saat seseorang sedang sakit atau butuh makanan yang lembut dan mudah dicerna.

“Bubur itu makanan penyembuh, bukan hanya untuk tubuh tapi juga untuk hati,” ungkap Yuni Astuti, penjual bubur ayam di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, yang sudah berjualan lebih dari 15 tahun.

Bubur ayam juga sering menjadi simbol kebersamaan. Di banyak kota, kedai bubur ayam menjadi tempat berkumpul masyarakat di pagi hari—dari pekerja kantoran hingga pengayuh becak.

Obrolan ringan, tawa, dan aroma kaldu ayam menciptakan suasana akrab yang jarang ditemukan di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota.

Perkembangan zaman membuat bubur ayam kini tidak hanya dijajakan di jalanan. Banyak pelaku usaha yang mengemas bubur ayam dalam konsep modern dan higienis.

Restoran cepat saji hingga kafe kekinian mulai memasukkan bubur ayam ke dalam menu mereka dengan sentuhan kontemporer, seperti bubur ayam salted egg, bubur ayam truffle oil, hingga versi frozen ready-to-heat yang dijual online.

Aplikasi pemesanan makanan juga berperan besar dalam memperluas pasar bubur ayam.

“Sekarang pelanggan bisa menikmati bubur ayam favorit tanpa harus antre. Kami bisa kirim ke seluruh Jakarta dalam 30 menit,” kata Rudi Hartono, pemilik merek Bubur Ayam 88 yang sukses berjualan melalui platform daring.

Tren ini juga membuka peluang bagi para pedagang kecil untuk naik kelas. Banyak gerobak bubur tradisional yang kini memiliki identitas merek, logo menarik, dan kemasan profesional, tanpa meninggalkan cita rasa klasik yang menjadi ciri khas mereka.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: