Iklan BANNER GRANDFONDO
Iklan Astra Motor

Kampanye Toxic20: Anak Padi dan Warga Lahat Bentang Spanduk Racun PLTU Membunuh Sungai Pendian dan Lematang

Kampanye Toxic20: Anak Padi dan Warga Lahat Bentang Spanduk Racun PLTU Membunuh Sungai Pendian dan Lematang

Kampanye Toxic20: Anak Padi dan Warga Lahat Bentang Spanduk Racun PLTU Membunuh Sungai Pendian dan Lematang.--Dokumen Palpos.id

PALPOS.ID - Kampanye Toxic20: Anak Padi dan Warga Lahat Bentang Spanduk Racun PLTU Membunuh Sungai Pendian dan Lematang.

Isu pencemaran lingkungan akibat aktivitas industri kembali mencuat di Kabupaten Lahat. 

Komunitas Anak Padi, bersama petani, masyarakat sekitar, dan mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Lahat, menggelar aksi damai bertajuk “Kampanye Toxic20” di Jembatan Gantung Desa Telatang, Kecamatan Merapi Barat, Selasa (4/11/2025).

Aksi tersebut dilakukan di kawasan yang berdekatan langsung dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Keban Agung, salah satu dari 20 PLTU yang dinilai paling berbahaya di Indonesia dalam kampanye nasional bertajuk “Toxic20”.

BACA JUGA:PTBA Perkuat Langkah Menuju Energi Bersih Lewat Uji Coba Co-Firing Wood Pellet di PLTU Tanjung Enim

BACA JUGA:Pencuri Kabel PLTU Senilai Rp60 Juta Dibekuk

Dalam aksi tersebut, para peserta membentangkan spanduk besar berukuran 4 x 8 meter bertuliskan:

“Racun PLTU Membunuh Sungai Pendian, Pule, dan Lematang”.

Spanduk itu menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap pencemaran yang diduga berasal dari limbah batu bara, termasuk Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yang dihasilkan oleh aktivitas PLTU di wilayah tersebut.

Suara dari Hulu Sungai yang Tercemar

Koordinator aksi, Reza Yuliana, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk protes terhadap kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat keberadaan PLTU Keban Agung.

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Jawa Barat: Wacana Pembentukan Kota Kadipaten Solusi Atasi Sistem Birokrasi

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Jawa Barat: Wacana Pembentukan Kabupaten Kertajati Simpul Konektivitas Utama Wilayah

“Dulu Sungai Lematang, Pendian, dan Pule menjadi sumber air bersih dan mata pencaharian masyarakat. Kini, airnya berubah warna, berbau, dan tak lagi bisa digunakan,” ujar Reza dengan nada prihatin.

Menurutnya, kerusakan tersebut bukan sekadar dugaan. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: berbagai sumber