Konflik Nama Provinsi Sumselbar Pemekaran Sumatera Selatan: Antara Kebutuhan Identitas dan Kritik Netizen

Konflik Nama Provinsi Sumselbar Pemekaran Sumatera Selatan: Antara Kebutuhan Identitas dan Kritik Netizen

Rencana Pemekaran Provinsi Sumsel Barat Makin Mendekati Realisasi Pisah dari Sumatera Selatan.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

SUMATERA SELATAN, PALPOS.ID - Konflik Nama Provinsi Sumselbar Pemekaran Sumatera Selatan: Antara Kebutuhan Identitas dan Kritik Netizen.

Sebuah gejolak identitas tengah memanaskan suhu politik di Indonesia bagian barat, tepatnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Munculnya wacana pemekaran wilayah menjadi provinsi baru yang diberi nama Provinsi Sumselbar telah menciptakan polarisasi di antara masyarakat, khususnya di ranah maya. 

Meskipun moratorium Dibatas Objek Pemekaran Daerah (DOB) masih berlaku, dua kelompok presidium gigih memperjuangkan gagasan ini.

BACA JUGA:Kabupaten Muratara di Sumatera Selatan Dihadapkan Dilema Pemilihan Provinsi Musi Raya atau Sumselbar

BACA JUGA:Kota Pagaralam di Sumatera Selatan Menghadapi Pilihan Sulit: Sumselbar atau Palapa Selatan?

Kelompok presidium pertama, yang dipimpin oleh almarhum H. Djazuli Kuris, mantan Walikota Pagaralam, bersama sejumlah tokoh masyarakat, telah eksis sejak 01 Desember 2019. 

Di sisi lain, kelompok presidium kedua, yang diketuai oleh Wahisun Wais, didukung oleh figur-figur penting dari Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Muratara, dan Kota Lubuklinggau.

Polemik bermula ketika usulan pemekaran wilayah ini mencuat. Salah satu bentuk keberatan muncul dari netizen yang menyoroti nama yang diusung, yakni Provinsi Sumselbar. 

Kritik ini disuarakan atas dasar pertimbangan bahwa nama tersebut dinilai agak kurang tepat secara linguistik dan geografis.

BACA JUGA:Kabupaten Musi Rawas Bersiap Menentukan Nasibnya di Tengah Wacana Otonomi Baru di Sumatera Selatan

BACA JUGA:Pembentukan Provinsi Baru Sumselbar di Sumatera Selatan: Langkah Menuju Otonomi Baru Lebih Mandiri

Sejumlah netizen, di antaranya akun @araa_hrb**, @renaldy.akb***, dan @*rutlazuard, secara terbuka menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap nama Sumselbar. 

Mereka menilai bahwa gabungan antara kata "Selatan" dan "Barat" dalam nama tersebut terkesan tidak kohesif dan kurang representatif secara geografis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: