Beberapa studi dan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, perempuan bergantung pada sumber daya alam namun memiliki lebih sedikit akses akan sumber daya alam tersebut.
Perubahan iklim memberikan dampak berbeda terhadap perempuan yang secara konsisten dirugikan dalam dukungan kelembagaan berupa penyuluhan, penyebaran informasi, dukungan teknis dan layanan lainnya.
Koordinator Provinsi Proyek Sustainable Landscapes for Climate-Resilient Livelihoods (Land4Lives), David Susanto mengatakan, upaya pengarusutamaan gender pemerintah Sumatera Selatan sejalan dengan kegiatan yang dilakukan dalam proyek Land4Lives.
Land4Lives yang dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia adalah proyek berdurasi lima tahun yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada (GAC).
Proyek ini dilaksanakan di tiga Provinsi (Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur), yang bertujuan mendukung upaya pemerintah mencapai prioritas pembangunan nasional dalam menciptakan penghidupan berketahanan iklim dan ketahanan pangan untuk masyarakat rentan, khususnya perempuan dan anak perempuan di Indonesia.
“Kami mendukung komitmen pemerintah Sumatera Selatan dalam pengarusutamaan gender, karena salah satu prinsip yang diyakini dalam Land4Lives adalah mendorong partisipasi aktif dari masyarakat rentan khususnya perempuan dan anak perempuan dalam pengelolaan bentang lahan terutama dalam menghadapi perubahan iklim,” kata David.
Anggota Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Fitriana mengatakan, keikutsertaan dalam kegiatan tersebut memiliki nilai baik bagi mereka yang beranggota para janda yang memiliki pertanggung jawaban layaknya kepala keluarga.
“Ini perlu, jadi kita bisa mengetahui bagaimana bisa menjaga diri Bersama anak- anak. Sehingga bisa terus mencari rezeki untuk keluarga,” tututnya. (*)