Salah satunya yakni Pemkot Pekalongan. Padahal lapangan itu hanya untuk tempat ibadah, bukan untuk kegiatan politik.
Larangan-larangan itu mendapat komentar dari Ketua Umum Pimpinan Pusat atau PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Minggu 16 April 2023.
Menurut Haedar Nashir, seharusnya negara bisa bersikap adil dan ihsan ditengah perbedaan penetapan waktu lebaran idul fitri ini.
BACA JUGA:Sukses Selenggarakan Muswil, Ini yang Dilakukan PD Muhammadiyah Prabumulih
BACA JUGA:Haedar Nasir Pimpin Hasil e-Votting Muktamar Muhammadiyah ke-48, Ini 13 Nama Terpilih...
Apalagi ini masalah keagamaan, jangan sampai ada rezimentasi agama di negara ini, sehingga ada perbedaan dalam penetapan itu.
‘’Boleh saja lebaran idul fitri beda, namun kita bisa merayakannya bersama. Artinya jika ada perbedaan pandangan hal yang lumrah karena ini soal ijtihad.
Artinya ini akan terus ada perbedaan sampai nantinya kita semua sepakat akan ada kalender islam global,” ungkap Haedar Nashir saat ditemui wartawan di UMS.
Haedar Nashir mengaku penggunaan lokasi untuk salat id yang berbeda hari tentu tidak membatalkan salah satu diantara keduanya.
BACA JUGA:Bupati OKUT Berangkatkan Peserta Muktamar Muhammadiyah
BACA JUGA:Ini Pesan Penting Rakornas Majelis Wakaf PP Muhammadiyah untuk Warga Persyarikatan
Bahkan, kata guru Besar Sosiologi ini, lokasi itu mendapat keberkahan dua kali lipat, karena dua kali digunakan untuk salat idul fitri.
‘’Harusnya tidak usah bikin larangan terhadap fasilitas milik negara tersebut. Harus syukur Muhammadiyah lebaran 21 April 2023, kemudian ada juga yang lebaran 22 April 2023,” jelas Haedar Nashir. *