Komentar Andi Pangerang Hasanuddin menjadi viral di media sosial karena bernada ancaman pembunuhan kepada warga Muhammadiyah karena perbedaan penetapan Idulfitri 1 Syawal 1444 H menuai beragam reaksi.
BACA JUGA:Inilah Negara-negara Bareng Muhammadiyah Rayakan Idul Fitri 21 April 2023, Berikut Penjelasannya...
Komentar Andi Pangerang Hasanuddin menanggapi respons peneliti BRIN lain, Thomas Jamaluddin soal perbedaan penetapan Idulfitri.
Dia mengatakan pemerintah memfasilitasi Muhammadiyah yang telah menentukan 1 Syawal 1444 Hijriah.
Kemudian, Andi Pangerang Hasanuddin dengan akun AP Hasanuddin membalas komentar seseorang dengan akun bernama Ahmad Fauzan S di unggahan Thomas. AP Hasanuddin melontarkan ancaman.
"Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu.
BACA JUGA:BSI, PP Muhammadiyah, BP Tapera, & Perumnas Berkolaborasi, Maksimalkan Penyaluran KPR Syariah
Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian," kata Andi.
"Kalian Muhammadiyah, meski masih jadi saudara seiman kami, rekan diskusi lintas keilmuan tapi kalian sudah kami anggap jadi musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral.
Buat apa kalian berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan kami kalau hanya egosentris dan egosektoral saja?".
Disisi lain, anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas menganggap pernyataan Andi sudah masuk ranah pidana.
BACA JUGA:Keren! Cristiano Ronaldo Kini Sah jadi Warga Muhammadiyah? Begini Penjelasannya...
BACA JUGA:Status Perawat Potong Jari Bayi Dinonaktifkan Sementara, Ini Kata Dirut RS Muhammadiyah Palembang!
"Sebab pernyataan itu sudah menyangkut masalah pidana maka Muhammadiyah menyerahkan saja sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk menyelesaikan masalahnya," kata Anwar Abbas.