Air laut ini kemudian menyebar di daerah Bledug Kuwu.
Selain letupan lumpur, Bledug Kuwu juga mengandung gas berwarna putih yang memiliki bau yang menyengat seperti telur busuk.
Gas ini mengandung hidrogen sulfida yang mengandung belerang.
Di samping itu, gas karbondioksida juga ditemukan di Bledug Kuwu.
Ketika gas panas ini dimasukkan ke dalam air kapur, air tersebut menjadi keruh. Pada jam 19.00-07.00, konsentrasi gas karbondioksida di Bledug Kuwu menjadi sangat tinggi dan berbahaya.
Oleh karena itu, ada pantangan untuk mengunjungi area Bledug Kuwu pada jam-jam tersebut.
Meskipun telah ada banyak penelitian ilmiah yang mengungkapkan fenomena Bledug Kuwu, kepercayaan masyarakat terhadap aspek magisnya tetap kuat.
Oleh karena itu, ritual rutin diadakan di Bledug Kuwu pada hari Kamis atau Jumat. Masyarakat membawa sesajen seperti pisang raja atau pisang kawista, bunga setaman, kapur sirih, dan air putih sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang tinggal di tempat ini.
Mereka percaya bahwa melalui ritual ini, keinginan mereka akan dikabulkan, terutama yang berhubungan dengan jabatan atau kekuasaan.
Bledug Kuwu adalah bukti bahwa alam masih menyimpan misteri dan keajaiban yang belum sepenuhnya kita pahami.
Dari fenomena alam yang luar biasa ini, kita juga memahami bagaimana budaya dan legenda dapat terjalin erat dengan keunikan geologis suatu tempat.***