Setelahnya dibangunlah Masjid Agung Surakarta oleh Paku Buwana II di keraton barunya dengan memakai rangka kayu masjid dari Kartasura.
Karena Pakubuana Buwana II saat itu masih fokus beradaptasi dengan lingkungan Desa Sala yang dipenuhi rawa, pembangunan Masjid Agung berjalan lamban.
Diperkirakan, wujud bangunan masjid baru benar-benar tampak dan dianggap siap digunakan kerabat istana bersama warga pada masa kepemimpinan Paku Buwana III (1749-1788).
Masjid Agung Surakarta dirancang sama bentuknya dengan Masjid Demak, berbentuk joglo dan beratap tajuk susun tiga yang melambangkan kesempurnaan kaum muslim dalam menjalani kehidupannya, yakni Islam, Iman dan ikhsan.
BACA JUGA:Bogor's Hidden Gem: Nikmati Keindahan Curug Cibaliung yang Masih Asri
4. Masjid Darussalam
Masjid Darussalam terletak di Dusun Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kabupaten Sukoharjo.
Masjid ini dipercaya sebagai saksi perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda, yang dibuktikan dengan adanya sebuah sumur yang ditutupi oleh kaca bertuliskan Sumur Kyai Pleret.
Masjid Darussalam pernah dihujani bom jenis kanon sebanyak 21 kanon.
Namun tak satupun yang berhasl meledak. Tujuan Belanda ketika itu untuk membumihanguskan Kedunggudel.
5. Masjid Cipto Mulyo Pengging
Masjid Cipto Mulyo Pengging terletak di Desa Pengging, Kecamatan Banyudono. Masjid ini merupakan peninggalan Sri Susuhan Pakubuwono X Pada Tahun 1838.
Tak heran jika desain masjid yang berlokasi di dekat gerbang makam pujangga Keraton Surakarta, R Ng Yosodipuro ini memiliki sentuhan yang hampir mirip dengan Masjid Agung Surakarta.
Masjid ini juga letaknya tak jauh dari Umbul Sungsang yang terkenal di kawasan Pengging.*