Bagi Mbok Yem, ketinggian tempat ini memberikan kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berada di sana, di antara awan dan angin sepoi-sepoi membuat dia merasa begitu dekat dengan Yang Maha Kuasa.
Namun, memilih untuk tetap berjualan di usianya yang sudah lanjut tentu bukanlah tanpa tantangan.
Saat ini, Mbok Yem memerlukan bantuan tandu untuk dapat naik dan turun gunung.
Ini menjadi pilihan karena kondisi fisiknya yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan pendakian dengan berjalan kaki seperti masa muda dulu.
Namun, meskipun memerlukan bantuan, semangat Mbok Yem tak pernah pudar.
Pada 2019, dia sempat turun gunung dengan menggunakan tandu untuk menghadiri pernikahan cucunya pada Juni 2020.
Selain tandu, ada kalanya saat kelelahan menyerang, Mbok Yem meminta anaknya untuk menggendongnya.
Syaifuk Gimbal, salah satu kerabat Mbok Yem, menambahkan, biasanya kalau sudah di atas pos 2 dari Pos Cemoro Sewu, Mbok Yem akan digendong atau dituntun untuk naik.
Semangatnya sungguh luar biasa dan menginspirasi semua.
Ketekunan dan semangat Mbok Yem tidak hanya menginspirasi keluarga dan kerabat, tetapi juga para pendaki dan masyarakat sekitar.
Kisahnya mengajarkan kita bahwa dengan tekad dan keberanian, tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi.
Mbok Yem berpesan, "Buat semua orang yang membaca ini, ingatlah selalu untuk berbuat baik dan menolong sesama. Dimanapun kita berada, jangan lupa untuk selalu bersyukur dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa."
Pesan dari wanita inspiratif ini tentunya menjadi pengingat bagi kita semua tentang nilai-nilai kehidupan yang seharusnya kita pegang teguh.
Wanita berusia 70 tahun ini bukan sembarang wanita.
Dengan keberanian dan tekadnya, dia memilih membuka warung di ketinggian 3.150 mdpl, menjadikannya salah satu warung tertinggi di dunia.