Sejak 1980-an, warung sederhananya yang hanya terbuat dari kayu ini menjadi surga bagi para pendaki.
Berada di salah satu gunung tertinggi di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, mencapai warung Mbok Yem memerlukan waktu sekitar 6 hingga 7 jam.
Namun, bagi para pendaki, kehadiran warung ini memberikan rasa hangat, terutama di tengah cuaca dingin yang bisa mencapai minus 5 derajat.
Bukan tanpa tantangan menjalankan warung di ketinggian.
Cuaca ekstrem, angin kencang, dan keterbatasan logistik menjadi beberapa di antaranya.
Namun, Mbok Yem tak pernah menyerah.
Dengan bantuan beberapa kerabatnya, ia bisa melayani hingga 300 pendaki dalam sehari.
Bahkan, pada momen tertentu, seperti 17 Agustus atau bulan Suro, Gunung Lawu dipenuhi pendaki, membuat warungnya tak pernah sepi.
"Selama saya masih kuat, saya akan tetap di sini," ujar Mbok Yem dengan nada penuh semangat.
Meski menjalankan warung di puncak gunung, tradisi mudik saat Lebaran tetap menjadi agenda Mbok Yem setiap tahun.
Dia hanya turun gunung sekali dalam setahun, tepatnya saat Lebaran. ***