Berdayakan Masyarakat Melalui ‘Raden Mas Prabu’, Transformasi Serat Daun Nanas Menjadi Kain Tenun yang Mewah

Selasa 31-10-2023,15:12 WIB
Reporter : Prabu
Editor : Erika

BACA JUGA:Rencana Pemekaran Wilayah Papua: Membangun Masa Depan yang Lebih Baik untuk Papua

“Kami gajinya dibayar Rp65 ribu permeter, kalu banyak yang kami hasilkan banyak jugo upah kami. Biasanya kami sehari minimal dapat mengerjakan satu meter,” bebernya seraya mengaku sangat terbantu dengan bekerja di sentra tenun serat nanas tersebut.

Dijelaskan kedua perempuan tersebut, awal bekerja mereka diberikan pelatihan tentang tata cara menenun mulai dari dasar oleh ibu Rita pemilik usaha tersebut. 

Dengan adanya bimbingan dan arahan dan ketekunan mereka berlatih, akhirnya mereka berdua dan juga beberapa rekan lainnya memiliki keterampilan menenun benang menjadi kain.

BACA JUGA:Rencana Pemekaran Wilayah Provinsi Papua Tengah Menggugah Antusiasme dan Harapan Baru

“Alhamdulillah, sekarang sudah biso nenun kain dan ado penghasilan tambahan,” imbuhnya.

Sementara itu, Head Of Comrel & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti didampingi Officer Comrel & CID Zona 4, Nursiela menuturkan, dilaunchingnya program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Daun Nanas Prabumulih, dikenal dengan istilah "Raden Mas Prabu" bermula dari dilakukannya social mapping (pemetaan sosial) terkait kondisi sosial masyarakat di Kota Prabumulih dan juga usulan program melalui assesment mengangkat kembali icon kota Prabumulih yaitu buah nanas.

Dari hasil social mapping itulah sambung Tuti Dwi Patmayanti, disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat Prabumulih yang menjadikan tanaman buah nanas yang merupakan icon Kota Prabumulih sebagai tanaman sela pada saat membuka lahan baru untuk perkebunan.

BACA JUGA:Scrambler SK500 : Motor Ganteng untuk Petualangan di Segala Medan, Spek Gahar, Harga Berteman !

Namun hasil dari social mapping itu pula didapat kesimpulan bahwa bercocok tanam buah nanas tersebut, hasil produksi atau nilai jual yang didapat cenderung kurang menguntungkan.

Terlebih lagi persoalan daun nanas pasca dilakukan pemanenan yang cenderung tidak berguna atau tidak terpakai.

“Karena dua persoalan itu pula, akhirnya PHR Zona 4 melalui PEP Prabumulih Field melakukan kajian lanjutan terkait program apa yang dapat dilakukan agar tanaman buah nanas memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Hasil dari kajian itu maka disimpulkan dibuat program Raden Mas Prabu,” ungkap Tuti Dwi Patmayanti.

BACA JUGA:Kian Tak Terjangkau, Harga Cabai Rawit Merah di OKI Naik Tajam

Program Raden Mas Prabu ini sambung Tuti Dwi Patmayanti, dikembangkan mulai dari sektor hulu hingga ke hilir. Dimana untuk sektor hulu, pihaknya menggandeng kelompok tani Tunas Jaya di Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih.

“Kelompok tani Tunas Jaya ini kita berikan bantuan mesin untuk membuat daun nanas menjadi serat benang, namun sebelum kita berikan bantuan mesin terlebih dahulu kita memberikan pelatihan kepada anggota kelompok tani tersebut,” ujarnya.

Selanjutnya, kami juga membina kelompok tani sebagai pemasok daun nanas yang merupakan bahan pokok pembuatan serat benang dari daun nanas tersebut.

Kategori :