Pengelola juga menyediakan kayu bakar bagi mereka yang ingin menikmati hidangan seperti ikan atau ayam bakar.
"Untuk kayu bakar, harganya Rp 20 ribu per ikat," tambah Ding Mentan.
Objek wisata ini juga dilengkapi dengan dua unit toilet umum. Untuk pengunjung yang ingin bermain air di sungai, tersedia pelampung dengan biaya sewa Rp 5 ribu sekali pakai.
"Pelampung disediakan oleh anak-anak kampung di sini," tutupnya.
Tanjung Selor sebuah kota yang bukan hanya sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bulungan, tetapi juga sebagai ibu kota.
Dengan luas wilayah yang mencapai 677,77 km², Tanjung Selor memiliki potensi besar untuk menjadi lebih dari sekadar pusat pemerintahan.
BACA JUGA:Daun Sirih Cina Dapat Mengatasi Tekanan Darah Dan Asam Urat
Mari kita telaah lebih lanjut mengenai keberagaman masyarakat, potensi pembangunan, dan langkah-langkah yang diambil untuk menjadikannya sebuah kota mandiri.
1. Keberagaman Suku dan Budaya
Tanjung Selor dihuni oleh masyarakat yang sangat beragam, terdiri dari berbagai suku seperti Tidung, Bulungan, Dayak, Bugis, Jawa, dan suku-suku pendatang lainnya.
Keberagaman ini menciptakan lanskap budaya yang kaya, dengan setiap suku memiliki warisan budaya tersendiri.
Meskipun demikian, dinamika budaya di Tanjung Selor ditandai oleh proses akulturasi dan saling menghormati antar budaya dan masyarakatnya.
BACA JUGA:Raja Baru Skutik Petualang Meluncur : Wajah Sangar, Performa Off-Road, Siap Libas Segala Medan !
2. Keberagaman Agama
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bulungan tahun 2021, mayoritas penduduk Tanjung Selor memeluk agama Islam sebanyak 79,38%, diikuti oleh Kristen 19,52% (Protestan 15,70%, Katolik 3,82%). Minoritas memeluk agama Budha (0,98%), Hindu (0,11%), dan Konghucu (0,01%).