Selain itu, dia mengakui bahwa beberapa herbal lainnya seperti jahe, kamomil, echinacea, daun mint, dan madu juga telah menjadi fokus penelitian global dalam mengurangi batuk.
Bila menghadapi batuk, daun mint bisa menjadi pilihan, sementara untuk selsema, echinacea sering digunakan, walaupun bukan berasal dari Indonesia.
Namun memiliki popularitas di Eropa dan Mediterania.
BACA JUGA:Banyak Nyamuk di Rumahmu ! Berikut Metode Usir Nyamuk, Selain Bersih- Bersih
BACA JUGA:Daun Insulin atau Costus Igneus, Baik Untuk Mencegah dan Mengobati Diabetes
Saat ini, banyak produk herbal yang mengandung bahan-bahan tersebut.
Inggrid menekankan bahwa penggunaan kombinasi daun kelor dan thyme harus diimbangi dengan herbal lain yang dapat memperkuat sistem imun anak dan mengurangi ketergantungan pada antibiotika.
Salah satunya adalah echinacea purpurea.
Echinacea purpurea telah terbukti mencegah infeksi sekunder yang sering menyertai infeksi virus ringan pada anak.
Kombinasi herbal bersama imunomodulator dapat mempercepat proses penyembuhan anak, baik akibat infeksi virus maupun penyebab non-infeksi seperti alergi.
Ini membantu mencegah infeksi sekunder bakteri, sehingga anak terhindar dari penggunaan antibiotika.
Tren penggunaan herbal untuk anak-anak semakin meningkat secara global dalam beberapa tahun terakhir.
Para orang tua semakin menggali pengetahuan mereka untuk mengoptimalkan perawatan anak-anak, termasuk melibatkan herbal dalam pengobatan.
Namun, Inggrid memberikan peringatan penting bahwa keamanan herbal harus menjadi prioritas utama.
Ketika memutuskan memberikan herbal pada anak, yang terpenting adalah memastikan bahwa herbal tersebut aman.
Jika tidak yakin, sebaiknya pilih produk yang sudah mendapatkan izin edar BPOM, karena setidaknya keamanannya sudah terjamin.