Selain dikenal sebagai rondo semoyo, burung ini juga sering disebut sebagai rondo tunggu dunyo.
Kata tunggu memiliki arti menunggu atau menjaga, sementara dunyo dapat diartikan sebagai harta atau kekayaan.
Dari sini, muncul filosofi bahwa burung perkutut ini menjadi penjaga yang setia terhadap harta dan kekayaan pemiliknya.
BACA JUGA:Kisah Kesaktian Panglima Jilah yang Legendaris, Pelindung Suku Dayak dan Pasukan Merah
BACA JUGA:5 Fakta Menarik Suku Banjar, Nomor Terakhir Kalian Pasti Suka !
Keberadaannya dianggap mampu menarik keberuntungan dan menjaga keseimbangan rezeki.
Asal-usul burung rondo semoyo dapat ditelusuri hingga pada mitos Jawa kuno.
Konon, memiliki burung ini dianggap sebagai anugerah, memberikan keberuntungan dan keselarasan rezeki.
Dalam cerita rakyat, burung ini adalah makhluk gaib yang bisa membawa pesan dan petunjuk dari alam gaib kepada pemiliknya.
Mitos ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Jawa, diceritakan dari generasi ke generasi.
Burung perkutut katuranggan rondo semoyo bukan hanya sekadar mitos dan cerita rakyat.
Keunikan visualnya, dengan selaput kulit berwarna kuning terang di sekitar mata, membuatnya menjadi objek kekaguman.
Penggemar kung mania khususnya sangat menghargai burung ini, bukan hanya sebagai hewan peliharaan, tetapi juga sebagai simbol keberuntungan yang diwarisi dari leluhur.
Keberadaan burung ini tidak hanya mencuri perhatian para pecinta burung lokal, tetapi juga para kolektor dan pengusaha.
Tidak mengherankan bahwa harga burung perkutut katuranggan rondo semoyo ini bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Kepopulerannya tidak hanya didasarkan pada kepercayaan masyarakat terhadap mitosnya, tetapi juga pada kecantikan dan kelangkaannya.