Kota ini terdiri atas sembilan kecamatan dan 48 kelurahan, sebagian besar berada di dataran rendah pesisir pantai.
Penduduk Kota Palopo sangat beragam, terdiri dari Suku Bugis, Jawa, dan Konjo Pesisir, dengan tambahan kecil dari Suku Toraja, Minangkabau, Batak, dan Melayu.
Fakta Menarik Kota Palopo:
Nama Palopo: Nama Palopo mulai digunakan sejak tahun 1604 bersamaan dengan pembangunan Masjid Jami' Tua.
BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan: Kota Palopo Calon Ibukota Provinsi Luwu Raya
BACA JUGA:Menggali Kebudayaan yang Terlupakan: Agama Tolotang di Sulawesi Selatan
"Palopo" diambil dari bahasa Bugis-Luwu, memiliki arti penganan dari ketan, gula merah, dan santan atau tancapkan/masukkan.
Ikan dan Rumput Laut: Palopo berbatasan langsung dengan Teluk Bone, yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian.
Produksi rumput laut, khususnya Gracilaria, menjadi komoditas unggulan dengan kualitas terbaik yang diekspor ke luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Ringgit.
Bukit Kambo: Bukit Kambo, terletak di Kecamatan Mungkajang, menjadi daya tarik utama dengan keindahan alamnya dan menjadi penghasil kerajinan tangan serta gula merah terkenal. Bukit Kambo masuk nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.
BACA JUGA:Update Terkini! Pemekaran Wilayah Sulawesi Selatan: Transformasi Menjadi Tiga Provinsi Baru
BACA JUGA:Pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan: Rencana Pembentukan Dua Kabupaten Baru Menyongsong Masa Depan
Masjid Jami Tua: Merupakan peninggalan Kerajaan Luwu, dibangun pada tahun 1604 oleh Raja Luwu Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe. Masjid ini memiliki atap tumpang tiga dan mustaka berbahan keramik Tiongkok jenis Ming.
Kuliner Khas: Masyarakat Palopo mengolah ikan sebagai bahan utama kuliner khas, seperti Pacco yang disajikan mirip sashimi. Kuliner ini mencakup berbagai jenis ikan seperti bandeng, lamuru, kakap, dan lainnya.
Karnaval Budaya: Setiap tahun, Kota Palopo berpartisipasi dalam Karnaval Budaya Pesona Tana Luwu sebagai bagian dari perayaan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-73 dan Hari Jadi Luwu ke-751. Acara ini menampilkan seni dan budaya tradisional dari berbagai daerah termasuk Luwu Raya.
Menggagas Masa Depan Luwu Raya: Meskipun masih terkendala moratorium pemekaran daerah, potensi Luwu Raya bersama Bugis Timur sebagai daerah otonomi baru menunjukkan peluang besar untuk pengembangan dan kemajuan.