Hoak Merebak Menjelang Pilkada Serentak 2024: Fakta, Hasutan, dan Harapan

Jumat 08-11-2024,10:55 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Yen_har

Menurut Rahmat, masyarakat perlu memperoleh pendidikan politik yang benar agar dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang akurat.

Di IFCS 2024, berbagai isu penting dibahas, seperti hoaks berbasis artificial intelligence (AI) dan strategi penanganan informasi palsu. 

Google, sebagai salah satu mitra, turut berkontribusi dalam memerangi hoaks dengan mendukung pemeriksaan fakta di Indonesia melalui program Cek Fakta. 

“Google memahami bahwa menangani misinformasi adalah tanggung jawab bersama, terutama saat momen demokrasi krusial seperti pemilu,” ujar Yos Kusuma, perwakilan dari Google News Partnerships.

Dalam diskusi panel lainnya, perwakilan dari lembaga pemeriksa fakta di Asia Tenggara, termasuk Jom Check dari Malaysia dan Cofact dari Thailand, ikut berbagi pengalaman. 

Celine Samson dari VERA Files, Filipina, menegaskan pentingnya kerja sama regional dalam menghadapi taktik disinformasi.

Tantangan dan Harapan Menjelang Pilkada 2024

Meski berbagai upaya terus dilakukan, tantangan melawan hoaks menjelang Pilkada 2024 tetap besar. 

Menurut Adi Marsiela, Koordinator Cek Fakta, pemilihan kepala daerah serentak di seluruh Indonesia memiliki potensi penyebaran informasi palsu yang berbeda. 

“Potensi penyebaran informasi bohong bisa jadi hanya berputar di wilayah masing-masing. Koalisi CekFakta berupaya mengatasi ini dengan pemantauan yang lebih ketat,” ujar Adi.

IFCS 2024 tidak hanya menghadirkan jurnalis dan pemeriksa fakta, tetapi juga akademisi, komunitas perempuan, organisasi lintas sektor, dan berbagai pemangku kepentingan. 

Kolaborasi ini menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat sipil dalam melawan hoaks, yang berpotensi mengancam integritas demokrasi Indonesia. 

Dalam pidato penutup, perwakilan dari PBNU menekankan peran penting masyarakat dalam menjaga kualitas demokrasi melalui penyebaran informasi yang bertanggung jawab.

 

Kategori :