Lebih lanjut, upaya tim pemenangan Lucianty-Syafaruddin untuk mengaburkan isu ini justru memperburuk situasi.
Salah satu pernyataan yang viral di media sosial beberapa waktu lalu mencoba menggambarkan Lucianty sebagai korban dalam kasus korupsi tersebut.
Namun, alih-alih meraih simpati, pernyataan tersebut menuai reaksi keras dari masyarakat yang merasa dikhianati oleh narasi tersebut.
Selain itu, isu lain yang turut memengaruhi elektabilitas pasangan ini adalah keraguan mengenai domisili Lucianty.
Banyak warga Musi Banyuasin yang mempertanyakan komitmen Lucianty karena ia dianggap tidak berdomisili di wilayah tersebut. Kondisi ini kontras dengan Syafaruddin, wakilnya, yang merupakan putra asli daerah.
BACA JUGA:Partai Gelora Sumsel Berlari untuk Menangkan MATAHATI: Safari Politik ke Seluruh Kabupaten dan Kota
BACA JUGA:Pilkada OKI 2024: Diduga Lakukan Politik Uang, Pencalonan JADI Terancam Dibatalkan Bawaslu
"Sebaiknya tim pemenangan Lucianty-Syafaruddin segera memberikan respons yang tepat untuk mengatasi sentimen negatif ini, terutama karena hari pencoblosan tinggal beberapa hari lagi," tambah Zaenal.
Di sisi lain, pasangan Toha-Rohman semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat Musi Banyuasin.
Haji Toha dikenal sebagai pengusaha sukses yang berasal dari suku asli Musi Banyuasin. Reputasinya sebagai sosok dermawan yang peduli pada masyarakat menjadi daya tarik utama.
Ia juga menawarkan berbagai program pro rakyat, seperti pengembangan infrastruktur pedesaan, pemberdayaan petani, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
BACA JUGA:Partai Gelora Sumsel Berlari untuk Menangkan MATAHATI: Safari Politik ke Seluruh Kabupaten dan Kota
BACA JUGA:Pilkada OKI 2024: Diduga Lakukan Politik Uang, Pencalonan JADI Terancam Dibatalkan Bawaslu
Pasangannya, Kyai Rohman, adalah seorang guru madrasah sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah menjabat sebagai Ketua Tandfiziyah PCNU Musi Banyuasin.