PRABUMULIH, PALPOS.ID - Memasuki hari ketiga banjir yang melanda Kelurahan Payuputat, Kecamatan Prabumulih Barat, dampak dari meluapnya air Sungai Lematang semakin dirasakan oleh warga setempat.
Sejumlah masalah mulai muncul, termasuk kesulitan bagi mereka untuk beraktivitas di kebun, serta kerusakan pada tanaman padi dan sayuran yang terendam banjir.
Selain itu, pencemaran pada sumber air bersih turut menambah kesulitan yang dihadapi masyarakat.
Banjir yang melanda lokasi ini mengakibatkan banyak warga tidak dapat melakukan aktivitas rutin mereka, terutama dalam menakok atau nyadap getah karet.
BACA JUGA:Tim Opsnal Polres Prabumulih Gagalkan Transaksi Jual Beli Senpi Rakitan
BACA JUGA:Program Seragam Sekolah Gratis, Wako Prabumulih Terpilih Janji Gandeng Penyandang Disabilitas
“Kalau banjir terus seperti ini kami jelas kesusahan, kami dak biso nakok sementara kami ini cuma mengandalkan dari nakok tulah untuk keperluan sehari-hari,” ungkap Erdiansyah, seorang warga setempat dengan nada penuh keprihatinan.
Dikatakannya, menakok getah karet merupakan sumber pendapatan utama.
Tanpa bisa melakukannya, mereka merasa terpuruk dan tidak tahu harus berbuat apa.
Erdiansyah berharap agar pemerintah dapat memperhatikan nasib mereka yang terjebak dalam situasi sulit ini.
BACA JUGA:Tragis! Seorang Penderita Tuna Rungu Wicara di Prabumulih Tewas Tersenggol Babaranjang
BACA JUGA:Banjir Kiriman, Puluhan Rumah Warga Kelurahan Payuputat Terendam
“Harapannya pemerintah peduli, perhatikan nasib kami ini,” ujarnya.
Selain masalah tak bisa ke kebun, pencemaran air sumur juga menjadi isu serius bagi warga. Banyak dari mereka melaporkan bahwa air sumur sudah tercemar dan tidak layak untuk digunakan.
“Sumur kami ini sudah tercemar dak layak untuk digunakan untuk masak dan lainnya,” keluh Erdiansyah.