Kipo : Camilan Tradisional Khas Kotagede yang Makin Dicari di Era Modern

Sabtu 19-04-2025,10:52 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

Banyak generasi muda yang lebih memilih bekerja di kota atau industri lain dibandingkan meneruskan usaha keluarga membuat jajanan tradisional.

“Anak-anak muda sekarang jarang yang mau bikin Kipo.

Padahal ini warisan budaya,” keluh Yuni. Ia berharap pemerintah atau dinas terkait bisa lebih aktif mengadakan pelatihan atau promosi agar generasi muda tertarik melestarikan makanan tradisional ini.

Beruntung, belakangan beberapa komunitas kuliner dan sekolah-sekolah mulai mengangkat kembali Kipo sebagai bagian dari edukasi budaya lokal.

Tak hanya diajarkan cara membuatnya, murid-murid juga diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga warisan kuliner Nusantara.

Potensi Wisata Kuliner

Kipo juga menjadi daya tarik wisata tersendiri di Kotagede.

Wisatawan yang datang tidak hanya tertarik pada keindahan arsitektur dan sejarah Kotagede sebagai bekas ibu kota Kerajaan Mataram, tetapi juga ingin mencicipi jajanan khasnya.

Banyak tur wisata lokal yang memasukkan kunjungan ke rumah produksi Kipo sebagai bagian dari paket perjalanan.

Di sana, wisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan Kipo, mencicipinya hangat-hangat, bahkan mencoba membuat sendiri.

“Wisatawan asing suka banget lihat prosesnya. Mereka bilang aromanya unik dan rasanya nggak bisa ditemuin di negara mereka,” ujar Dina sambil tertawa.

Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi kuliner, Kipo membuktikan bahwa makanan tradisional tak harus kalah pamor.

Justru dengan menjaga orisinalitas dan melakukan inovasi yang sesuai zaman, Kipo dapat menjadi simbol ketahanan budaya sekaligus peluang ekonomi lokal.

Dengan semakin banyaknya perhatian terhadap kuliner lokal, harapan untuk menjadikan Kipo sebagai ikon jajanan tradisional Yogyakarta yang mendunia bukanlah mimpi semata.

Karena dari satu suapan Kipo, kita bisa mencicipi rasa, sejarah, dan cinta dari sebuah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.*

Kategori :