Ekspor Batu Bara Indonesia Merosot Awal 2025: Menteri ESDM Tegaskan Tak Terkait Konflik India-Pakistan

Senin 12-05-2025,16:54 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Yen_har

Pada 2024, volume ekspor tercatat sebesar 108,07 juta ton dengan nilai US$6,25 miliar. 

Meskipun lebih tinggi dari rata-rata tahunan, volume tersebut turun tipis sebesar 0,79% dari tahun sebelumnya. 

Bahkan secara nilai, ekspor mengalami penurunan signifikan sebesar 13,92% dibandingkan tahun 2023.

Puncak ekspor volume terjadi pada 2015 dengan angka 123,84 juta ton senilai US$4,65 miliar, sedangkan nilai ekspor tertinggi tercatat pada 2022, yakni US$10,59 miliar. 

Penurunan terendah dalam 10 tahun terjadi pada 2021 dengan volume hanya 70,78 juta ton.

Penurunan ekspor batu bara Indonesia pada awal 2025 membuka ruang diskusi yang luas terkait strategi jangka panjang sektor energi nasional. 

Dengan tren global yang mengarah pada dekarbonisasi dan pengembangan energi terbarukan, Indonesia dituntut untuk mulai mengurangi ketergantungan pada ekspor batu bara dan mempercepat transisi ke energi bersih.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM sebenarnya telah merumuskan peta jalan transisi energi nasional, yang mencakup pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan panas bumi. 

Namun, dalam jangka pendek, ekspor batu bara masih menjadi salah satu kontributor utama devisa negara.

Untuk mengatasi penurunan permintaan dari negara-negara tradisional, Indonesia perlu menjajaki pasar-pasar baru di kawasan Asia Selatan lainnya, Afrika, dan Eropa Timur. 

Selain itu, diversifikasi produk batu bara, seperti batubara yang diproses menjadi gas (gasifikasi), juga menjadi opsi untuk meningkatkan nilai tambah.

Penurunan ekspor batu bara Indonesia pada awal 2025 merupakan dampak nyata dari perubahan kebijakan energi negara-negara tujuan utama. 

China dan India kini lebih memprioritaskan produksi dalam negeri serta pengembangan energi terbarukan. 

Meskipun demikian, pemerintah Indonesia masih optimis bahwa kebutuhan global terhadap batu bara tidak akan sepenuhnya lenyap dalam waktu dekat.

Pernyataan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bahwa penurunan ekspor tak berkaitan dengan konflik India-Pakistan memberikan ketenangan bagi pelaku industri. 

Namun, untuk menjaga ketahanan ekonomi dan mengantisipasi pergeseran global, Indonesia perlu bergerak cepat memperkuat energi terbarukan dan membuka pasar ekspor baru.

Kategori :