“Matcha mengandung katekin, sejenis antioksidan yang kuat, serta kafein yang lebih seimbang dibandingkan kopi.
BACA JUGA:Double Choc Cookies : Sensasi Manis yang Menggoda, Camilan Kekinian yang Jadi Favorit Semua Usia
Jika diolah menjadi camilan seperti cookies dan tidak menggunakan terlalu banyak gula atau pengawet, maka bisa menjadi alternatif camilan yang baik,” jelasnya.
Fenomena matcha cookies ini juga ramai di e-commerce dan media sosial.
Di platform seperti Instagram dan TikTok, tagar seperti #MatchaCookies dan #MatchaLovers telah digunakan ratusan ribu kali.
Kreativitas para pembuat kue pun semakin berkembang, mulai dari bentuk yang lucu, topping tambahan seperti white chocolate chips, hingga versi soft-baked yang lembut di dalam namun renyah di luar.
Masyarakat urban, terutama kalangan usia 20–35 tahun, menjadi pasar terbesar. Mereka tertarik tidak hanya pada rasa dan manfaat kesehatan, tetapi juga tampilan visualnya yang estetik dan cocok untuk difoto.
Tak sedikit yang menjadikan matcha cookies sebagai hampers, oleh-oleh, atau suvenir pernikahan.
Menanggapi tren ini, sejumlah kafe dan toko roti ternama pun mulai menghadirkan produk serupa.
Salah satunya adalah “Kissa Café” di Jakarta Selatan, yang meluncurkan menu matcha cookies spesial dengan isian matcha ganache dan taburan almond.
Pemilik kafe, Kevin Haryanto, menyebutkan bahwa varian baru ini langsung menjadi favorit pelanggan hanya dalam waktu dua minggu sejak diluncurkan.
“Kami ingin menghadirkan cita rasa Jepang yang autentik, tetapi dengan sentuhan lokal.
Karena itu, kami juga bereksperimen menggunakan bahan lokal seperti kelapa dan gula aren sebagai tambahan,” tutur Kevin.
Namun, tidak semua produk matcha cookies dibuat dengan kualitas matcha yang sama.
Banyak produk di pasaran yang menggunakan bubuk teh hijau biasa atau pewarna hijau sintetis, yang tentu berbeda dalam hal rasa dan manfaat.