RUU ini digagas langsung oleh Trump sebagai bagian dari agenda fiskalnya untuk periode kedua masa jabatannya.
Namun menurut Musk, isi RUU tersebut justru bertentangan dengan semangat efisiensi yang dijalankan oleh DOGE.
BACA JUGA:Elon Musk Pecat 20 Ribu Karyawan Tesla Sejak Akhir Tahun 2023
“Alih-alih mengurangi pengeluaran, RUU ini justru membengkakkan defisit dan menghambat pekerjaan DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.
Musk memperkirakan bahwa jika disahkan, RUU tersebut akan menambah defisit anggaran hingga USD 4 triliun dalam satu dekade ke depan.
Sindiran tajam pun dilontarkan Musk kepada Trump dengan mengatakan, “RUU bisa besar, atau bisa indah. Tapi saya tidak yakin bisa keduanya.”
Kalimat itu dianggap banyak pengamat sebagai bentuk protes halus namun jelas kepada sang Presiden.
BACA JUGA:Info Update Harga iPhone di Indonesia Setelah Kebijakan Tarif 32% Donald Trump
BACA JUGA:Kamala Harris Gantikan Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat 2024: Siap Lawan Donald Trump
Menanggapi itu, Gedung Putih tidak memberikan pernyataan langsung.
Namun Wakil Kepala Staf Trump, Stephen Miller, mencoba meredam ketegangan dengan menyebut bahwa RUU tersebut tidak termasuk dalam anggaran tahunan, dan bahwa pembahasan efisiensi tetap akan dilakukan di jalur legislatif terpisah.
Namun dari kacamata publik dan pengamat politik, perbedaan ini tak bisa dianggap enteng.
Musk dan Trump—dua tokoh berpengaruh dengan basis pendukung yang tumpang tindih—tampaknya tengah menapaki jalur yang semakin menjauh.
Dengan mundurnya Elon Musk dari jabatan resmi, masa depan DOGE pun kini menjadi tanda tanya besar.