PALPOS.ID — Popularitas seblak kering terus meroket dalam beberapa tahun terakhir.
Camilan khas Bandung yang awalnya hanya dikenal di kalangan lokal kini menjadi tren nasional.
Rasanya yang gurih dan pedas membuat seblak kering digemari berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa, bahkan mulai merambah pasar ekspor.
Seblak kering merupakan versi kering dari seblak basah, yang biasanya terdiri dari kerupuk basah yang dimasak bersama berbagai bahan seperti telur, sayur, dan sosis dalam kuah pedas gurih.
BACA JUGA:Krepes : Kelezatan Tipis yang Memikat Selera
BACA JUGA:Lemang, Kuliner Tradisional yang Tetap Melekat di Hati Masyarakat Indonesia
Berbeda dengan seblak basah yang hanya bisa dinikmati langsung, seblak kering dikemas dalam bentuk camilan ringan dan renyah, mirip keripik, sehingga lebih tahan lama dan mudah dibawa ke mana saja.
Seblak berasal dari daerah Bandung, Jawa Barat, dan telah menjadi ikon kuliner khas Sunda sejak awal 2000-an.
Nama "seblak" diyakini berasal dari bahasa Sunda yang berarti "mengagetkan", merujuk pada sensasi pedas luar biasa dari hidangan ini.
Seiring waktu, kreativitas pelaku UMKM di bidang kuliner melahirkan inovasi baru: seblak kering.
BACA JUGA:Sayur Kelor : Superfood Lokal yang Mulai Dilirik Dunia
BACA JUGA:Ayam Goreng Bawang Putih : Hidangan Sederhana yang Jadi Favorit Baru di Meja Makan Indonesia
Inovasi ini tak hanya memperpanjang umur simpan produk, tapi juga membuka peluang lebih besar dalam distribusi ke luar kota bahkan luar negeri.
Salah satu pelopor seblak kering di Bandung adalah "Seblak Ma Eha", yang mulai memproduksi seblak kering sejak 2018.
Pemiliknya, Eha Nurhayati (34), mengaku terinspirasi dari permintaan pelanggan yang ingin membawa seblak sebagai oleh-oleh.