“Gula merah harus asli dari nira kelapa, bukan gula buatan.
BACA JUGA:Kue Mendut : Warisan Kuliner Nusantara yang Tetap Eksis di Tengah Arus Modernisasi
BACA JUGA:Bugis Ketan : Cita Rasa Tradisional yang Tetap Lestari di Tengah Arus Modernisasi
Tepung ketan juga harus yang baru ditumbuk agar hasilnya kenyal dan tidak keras. Semua masih kami kerjakan manual,” ujarnya.
Seiring perkembangan teknologi dan media sosial, kue Jetik Manis mulai dikenal lebih luas.
Beberapa pelaku UMKM di Sidoarjo dan sekitarnya mulai memasarkan kue ini secara daring, melalui platform marketplace dan media sosial seperti Instagram dan TikTok.
Video-video singkat yang menunjukkan proses pembuatan kue Jetik Manis dengan latar musik Jawa kontemporer sukses menarik perhatian kaum muda.
Selain itu, pemerintah daerah juga mulai aktif mempromosikan kue ini sebagai bagian dari wisata kuliner lokal.
Festival Kuliner Jetik yang digelar setiap tahun menjadi ajang promosi besar-besaran untuk produk lokal termasuk kue Jetik Manis.
Tahun ini, festival tersebut bahkan berhasil menarik lebih dari 10.000 pengunjung dalam tiga hari pelaksanaannya.
“Ini bukan sekadar kue. Ini adalah identitas daerah kami. Lewat kue Jetik Manis, kami ingin memperkenalkan budaya dan kekayaan lokal kepada generasi muda,” kata Bupati Sidoarjo, Ahmad Zaini, saat membuka festival.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski popularitasnya terus meningkat, pelaku usaha kue Jetik Manis menghadapi sejumlah tantangan.
Salah satunya adalah keterbatasan bahan baku alami seperti daun pisang yang semakin sulit didapatkan di musim kemarau.
Belum lagi persaingan dengan makanan modern yang kerap mengandalkan visual menarik dan kemasan praktis.
Namun demikian, para pelaku UMKM tak menyerah. Mereka terus berinovasi, misalnya dengan membuat variasi rasa seperti cokelat, keju, dan durian, tanpa mengubah bentuk dan konsep tradisional dari kue ini.