Di wilayah Jawa Tengah, khususnya di Yogyakarta dan Semarang, terdapat varian dodol yang lebih beragam.
Di Yogyakarta, dodol sering kali dipadukan dengan kacang tanah atau wijen untuk memberikan tambahan rasa gurih.
Sedangkan di Semarang, ada varian dodol yang diberi tambahan rasa durian, memberikan sensasi unik bagi pecinta buah durian.
Tak hanya di Pulau Jawa, dodol juga dapat ditemukan di beberapa wilayah lainnya.
Di Bali, misalnya, dodol sering kali dihidangkan dalam upacara keagamaan dan menjadi oleh-oleh khas yang banyak dijumpai di toko-toko suvenir.
Sementara itu, di Kalimantan, ada dodol yang terbuat dari nira (air kelapa), yang memberikan cita rasa berbeda dengan dodol pada umumnya.
Tak hanya terkenal sebagai camilan, dodol juga berperan penting dalam perekonomian lokal.
Banyak UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang bergantung pada pembuatan dodol sebagai sumber pendapatan.
Proses pembuatan yang tradisional dan menggunakan bahan-bahan alami memberi nilai tambah bagi produk ini.
Oleh karena itu, dodol sering dijadikan oleh-oleh khas daerah yang dapat memperkenalkan keanekaragaman kuliner Indonesia ke dunia internasional.
Selain itu, dengan semakin berkembangnya pasar online, dodol kini bisa ditemukan dengan mudah di toko-toko daring dan dikirim ke berbagai daerah, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Ini membuka peluang bagi para pengusaha dodol untuk memperluas pasar dan meningkatkan omzet mereka.
Meskipun camilan modern seperti cokelat, keripik, dan makanan ringan lainnya semakin populer, dodol tetap memiliki tempat di hati masyarakat.
Di tengah arus modernisasi, dodol telah mengalami beberapa inovasi, mulai dari kemasan yang lebih praktis hingga varian rasa yang lebih beragam.
Tak jarang, beberapa produsen dodol kini mencoba menggabungkan bahan-bahan modern, seperti cokelat, keju, atau bahkan rasa buah-buahan tropis, untuk menarik minat pasar yang lebih muda.
Selain itu, karena dodol yang terbuat dari bahan alami, banyak orang yang melihatnya sebagai alternatif camilan yang lebih sehat dibandingkan dengan camilan modern yang lebih banyak mengandung bahan pengawet atau pemanis buatan.